Sumber Daya Alam Papua Barat Daya

KISAH Adolina Kladit, Perempuan Knasaimos Sorong Selatan jadikan Sagu Tumpuan Hidup

Dari hasil tokok sagu dan berkebun, Adolina bersama suami berhasil menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi.

Penulis: Safwan | Editor: Jariyanto
TRIBUNSORONG.COM/SAFWAN ASHARI
TOKOK SAGU - Adolina Sreklefat Kladit, menokok sagu di kebun Dusun Kladit, Kampung Sira, Distrik Saifi, Sorong Selatan, Papua Barat Daya, Minggu (28/9/2025) pagi. 

TRIBUNSORONG.COM, SORONG - Suara lemek (alat tokok sagu) milik Adolina Sreklefat Kladit memecah kesunyian hutan sagu Dusun Kladit, Kampung Sira, Distrik Saifi, Sorong Selatan, Papua Barat Daya, Minggu (28/9/2025) pagi.

Perempuan 70 tahun dari Suku Knasaimos memanfaatkan area sagu milik masyarakat seluas 12 hektare sebagai cadangan pangan maupun menopang perekonomian keluarga.

Baca juga: Sagu Papua Jadi Benteng Terakhir Pangan Lokal di Mata Dunia

Dari hasil tokok sagu dan berkebun, Adolina bersama suami berhasil menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi.

Si sulung lulus sarjana di Universitas Cenderawasih (Uncen), Papua.

Baca juga: Mengulik Tokok Sagu Warga Kampung Kaliat Sorong Selatan, Sumber Pangan dan Identitas Orang Papua

Anak kedua menjadi polisi, serta si bungsu masih duduk di bangku SMA.

"Tokok sagu, pekerjaan mama dari dulu. Sejak usia enam tahun, mama bantu orang tua buat sagu mulai dari tokok, remas, sampai mencetak," ujar Adolina kepada TribunSorong.com.

"Mama merasa beruntung, dari olah sagu kami bisa hidup, bahkan menyekolahkan anak jadi sarjana." 

Mama Adolina menceritakan, hasil sagu biasanya dikonsumsi sehari-hari serta dijual.

Sebatang pohon yang ditebang, setelah diproses biasanya menghasilkan 50-200 kilogram (kg) sagu, tergantung dari besar kecilnya batang.

Proses pembuatan sagu mulai dari penebangan, hingga pengemasan butuh waktu sekitar sepekan.

Baca juga: 5 Tahapan Pengolahan Sagu Tradisional: Dari Menokok hingga Mengendapkan Pati

Mama Adolina memisahkan sagu sebagian buat konsumsi keluarga, sebagian dijual.

Harga dibanderol Rp15.000 per kg di kampung dan Rp25.000 di Pasar Teminabuan.

"Mama buat sagu pakai alat-alat tradisional. Kami tidak terbiasa sama olahan lewat bantuan mesin, sebab ini jadi bagian identitas orang Papua," ucapnya.

Baca juga: Pemprov Papua Barat Daya Gelar Pasar Murah, Warga Tertarik “Mi Sagu” Produk Lokal Inovatif

Adolina berpesan, di tengah kemajuan zaman dan pembukaan lahan di Papua, generasi muda tetap mempertahankan sagu.

Riset hutan sagu

Dikutip dari buku "Sagu Papua untuk Dunia" karya Ahmad Arif, sagu merupakan penganan lokal yang menjadi identitas orang pribumi.

Halaman
12
Sumber: TribunSorong
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved