Eksis di Tambrauw, Mantel Tradisional Papua Koba-koba di Tengah Gempuran Payung dan Jaket Modern

Fungsi Koba-Koba adalah sebagai pelindung di kala hujan mengguyur dan panas terik membakar bumi, juga bisa sebagai alas untuk mengistirahatkan lelah.

Penulis: Theresia M Esyah | Editor: Milna Sari
TRIBUNSORONG.COM/THERESIA M ESYAH
Momo memamerkan penggunaan koba-koba. 

TRIBUNSORONG.COM, FEF - Sebelum mengenal payung dan mantel moderen, masyarakat Kabupaten Tambrauw, Papua barat Daya lebih dulu memiliki Koba-Koba (Am dalam bahasa Miyah).

Sebuah mantel tradisional multifungsi, yang berbahan dasar daun tikar.

Fungsi Koba-Koba adalah sebagai pelindung di kala hujan mengguyur dan panas terik membakar bumi, juga bisa sebagai alas untuk mengistirahatkan lelah.

Baca juga: Ada Koba-koba di Festival Egek

Langkah-langkah pembuatan koba-Koba adalah memotong sejenis daun tikar (Amara), terlebih dahulu.

Kemudian di pisahkan durinya, di panaskan, di atas bara api hingga menjadi fleksibel. 

20230823_Momo salah seorang penjahit Koba-Koba
Magdalena Momo salah seorang penjahit Koba-Koba di Distrik Senopi, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat daya mempraktekkan cara menjahit Koba-koba.

Selanjutnya sediakan benang, yang terbuat dari tumbuhan (piyek) juga benang dari kain (Erik) warna merah dan hitam juga jarum. Susun kurang lebih 10 lembar, lalu di jahit.

Baca juga: Payung Mewah Masyarakat Papua, Koba-koba, Bisa Jadi Tikar hingga Kantong Bekal

20230823_koba2 4321
Bahan pembuatan Koba-koba.

Benda ini berbentuk segi empat dengan ruang sebagai perlindungan dari panas dan hujan.

Kemudian alas atas bawah sebagai alas tidur.

"Sekarang hanya beberapa dari kami para ibu dan lansia yang bisa jahit Koba-Koba, anak muda tidak ada samasekali yang tahu,  bahkan tidak punya rasa penasaran, untuk mempelajarinya," imbuh Magdalena Momo salah seorang perajin Koba-Koba kepada TribunSorong.com di Senopi.

Baca juga: Noken dan Koba-koba ditampilkan di Trabas dan Tour City

Faktanya, saat ini Koba-Koba masih digunakan oleh sebagian kecil masyarakat.

Meskipun payung dan mantel telah eksis di pasaran.

Orang Tambrauw berusaha mempertahankan koba-Koba sebagai tradisi yang turun temurun.

Magdalena Momo berharap muda-mudi mau belajar menjahit guna mempertahankan koba-koba sehingga tidak punah dan tinggal nama.
(tribunsorong.com/theresia m esyah)

Sumber: TribunSorong
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved