Pemkab Raja Ampat Sepakati Kajian Rencana Spasial Pariwisata Berkelanjutan

Salah satu pilar dalam ragam upaya adaptasi tersebut adalah pengelolaan sektor pariwisata, baik yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten maupun pe

Penulis: Willem Oscar Makatita | Editor: Milna Sari
ISTIMEWA
Foto bersama dengan Wakil Bupati Raja Ampat, Orideko Iriano Burdam, usai membuka kegiatan mengembangkan Sistem Informasi Pariwisata Raja Ampat. 

Kegiatan satu-hari ini juga mengetengahkan sesi sosialisasi dari Dinas Pariwisata Raja Ampat mengenai rencana Pemkab untuk mengembangkan Sistem Informasi Pariwisata (Sipari) Raja Ampat.

“Sipari adalah sebuah website yang akan menyediakan beragam informasi seperti registrasi wisatawan, hal-hal terkait akomodasi, transportasi, informasi kuliner, budaya, dan informasi penting lainnya.” ungkap Ellen Risamasu, Kepala Dinas Pariwisata Raja Ampat.

Usai pembukaan, kegiatan yang diselenggarakan di Waisai ini dilanjutkan dengan sesi presentasi yang mencakup rangkuman kajian rencana spasial pariwisata berkelanjutan Raja Ampat dan rekomendasi regulasi, serta sesi diskusi.

Acara ini dihadiri oleh sekurang-kurangnya 90 partisipan dari Pemkab Raja Ampat, Pemprov Papua Barat Daya, serta pemangku kepentingan lainnya di Raja Ampat.

Dalam sesi presentasi, Wita Simatupang dari Indecon sebagai penulis utama dalam kajian spatial plan ini berkata, kekayaan alam di Raja Ampat sangat melimpah dan kelimpahan tersebut membawa banyak tantangan.

"Hingga bulan Juni 2023 saja setidak-tidaknya sudah sekitar 16.000 wisatawan yang berkunjung ke Raja Ampat. Namun demikian, terdapat banyak pekerjaan rumah terkait pengelolaan pariwisata," kata Wita.

Usai presentasi, tim penyusun kajian rencana spasial pariwisata berkelanjutan Raja Ampat menyelenggarakan jajak pendapat yang melibatkan semua partisipan yang hadir secara langsung maupun daring mengenai beragam isu pariwisata yang ditemukan selama penyusunan kajian.

Secara umum hampir seluruh partisipan menyetujui isu-isu pariwisata yang dikemukakan.

“Beberapa rekomendasi yang dijabarkan melalui kajian antara lain menyusun sistem tata kelola pariwisata Raja Ampat dengan kolaborasi multipihak dan sistem tata kelola pariwisata kampung, pemantauan secara rutin dan sistematis dan penindakan terhadap pelanggaran, menyusun basis data pariwisata, hingga kepada kebijakan turunan berupa peraturan bupati tentang pengelolaan daya tarik wisata,” papar Wita.

Direktur Strategi Konservasi Papua Konservasi Indonesia, Meity Mondong secara terpisah menegaskan, “tujuan kajian ini adalah untuk mengatur pemanfaatan pariwisata atas ruang yang ada di Raja Ampat

"Kami melihat mulai ada persoalan dari sisi ekologi, manfaat bagi masyarakat lokal, dan sehatnya bisnis di Raja Ampat,” terang Meity Mondong.

Meity menjelaskan lebih lanjut, ada kawasan yang sangat banyak pengunjung dan aktivitas wisata, yang lalu memengaruhi kualitas ekologi di situ. 

Dari segi manfaat, pariwisata di Raja Ampat baru dirasakan di wilayah-wilayah yang tinggi tingkat pemanfaatan pariwisatanya. 

Dengan mendorong rekomendasi (melalui kajian ini) harapannya dapat memeratakan manfaat pariwisata bagi masyarakat lokal, praktik bisnis yang lebih sehat, dan mengurangi tekanan terhadap sumber daya alam hayati.

(tribunsorong.com/willem oscar makatita)

Sumber: TribunSorong
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved