Gabriel Asem, Penggagas Daerah Konservasi Dari Papua Barat Daya: Hutan Adalah Ibu

Gabriel Asem merupakan salah seorang pemimpin di Provinsi Papua Barat Daya (PBD) yang selama ini konsisten dalam membuat kebijakan terkait konservasi.

Penulis: Petrus Bolly Lamak | Editor: Intan
(Tribunsorong.com/petrus bolly lamak)
Mantan Bupati Tambrauw dua periode, Gabriel Asem, SE., M.Si, saat bersama-sama masyarakat adat di Kabupaten Tambrauw, ketika menjabat Bupati Tambrauw selama 10 tahun. 

TRIBUNSORONG.COM, SORONG - Mantan Bupati Kabupaten Tambrauw dua periode, Gabriel Asem merupakan salah seorang pemimpin di Provinsi Papua Barat Daya (PBD) yang selama ini konsisten dalam membuat kebijakan terkait wilayah konservasi di Kabupaten Tambrauw 10 tahun kepemimpinannya.

Meskipun telah melepaskan jabatan politik sebagai Bupati Tambrauw, namun Gabriel berkomitmen agar ke depan Provinsi PBD bisa menjadi salah satu provinsi konservasi di Indonesia, sebab beberapa daerah sangat potensial menjadi daerah konservasi di Indonesia, bahkan dunia.

Alumnus Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Gadjah Mada (MEP-UGM) ini menjelaskan bahwa lahirnya wilayah konservasi di Kabupaten Tambrauw tidak terlepas dari adanya penebangan hutan dan pengambilan kayu seperti misalnya kayu Merbau (Besi) yang diambil atau dibeli dengan harga yang murah dari masyarakat pemilik hak ulayat.

Lebih lanjut, kata Gabriel dampak dari pembakaran atau penebangan hutan secara liar, mengakibatkan satwa dan tumbuhan endemik yang dilindungi seperti burung cenderawasih, burung mambruk, dan lain sebagainya menjadi punah.

Mantan Bupati Tambrauw dua periode, Gabriel Asem, saat bersalaman dengan Presiden Joko Widodo belum lama ini.
Mantan Bupati Tambrauw dua periode, Gabriel Asem, saat bersalaman dengan Presiden Joko Widodo belum lama ini. (ISTIMEWA)

Baca juga: Kisah Gabriel Asem, Meniti Karir dari ASN hingga Jadi Bupati Tambrauw Dua Periode

“Salah satu alasan mendasar kita lakukan perlindungan hutan dengan konservasi, karena adanya pembalakan atau penebangan hutan secara liar yang menyebabkan satwa dan tumbuhan endemik punah,” katanya kepada TribunSorong.com, Rabu (13/9/2023).

Hutan Adalah Ibu

Ketua Alumni UGM Provinsi Papua Barat dan Papua Barat Daya ini menjelaskan, hampir seluruh orang Papua, termasuk masyarakat adat di Kabupaten Tambrauw menganggap bahwa hutan adalah ibu (mama) yang harus dijaga dan dilindungi.

“Hutan bagi orang Papua adalah ibu atau mama yang memberikan kehidupan atau sumber kehidupan, sehingga harus dijaga dan dilestarikan serta dilindungi,” jelasnya.

Selain itu, hampir di seluruh tanah Papua, termasuk Kabupaten Tambrauw memiliki kebudayaan yang sangat kuat dengan kearifan lokal, terutama masih menyakini dan mempercayai daerah-daerah yang sakral atau pemali seperti di Tambrauw dikenal dengan wilayah erbouw, totor, sruon dan lain sebagainya.

“Ini merupakan tempat yang sakral atau pemali yang telah dijaga oleh orang tua kita dan moyang kita selama ini. Oleh karena itu, generasi kita harus dijaga dengan membuat kebijakan konservasi di Kabupaten Tambrauw,” ungkapnya.

20230913_Mantan Bupati Tambrauw, Gabriel Asem
Mantan Bupati Tambrauw, Gabriel Asem, SE., M.Si, saat masih menjabat Bupati Tambrauw ketika disambut dengan tari-tarian adat di Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat Daya, belum lama ini.

Pria kelahiran 26 Oktober 1963 ini menambahkan, setiap daerah di tanah Papua, khususnya di Papua Barat Daya memiliki hutan dan sumber air yang cukup banyak, oleh karena itu, harus dikelola secara baik dan bijak.

Jika kedua hal ini tidak dikelola dengan baik, maka akan memberikan dampak negatif yang besar bagi masyarakat yang ada di sepanjang aliran air sungai dan hutan tersebut.

“Dengan pertimbangan inilah, maka kita konservasi kan dengan melindungi hutan adat kita secara baik dan meninggalkan sesuatu yang berharga untuk anak cucu kita ke depan. Kalau keserakahan kita hari ini yang tidak melindungi sumber air dan hutan, maka akan membuat anak cucu kita ke depan menderita,” kata Gabriel menambahkan.

Konservasi, Melindungi Masyarakat Adat

Kata politisi Partai Golongan Karya (Golkar) ini bahwa tak hanya melakukan perlindungan hutan dengan melakukan konservasi, tetapi yang lebih penting adalah melakukan perlindungan terhadap masyarakat adat yang ada di setiap wilayahnya masing-masing.

Sumber: TribunSorong
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved