Gabriel Asem, Penggagas Daerah Konservasi Dari Papua Barat Daya: Hutan Adalah Ibu
Gabriel Asem merupakan salah seorang pemimpin di Provinsi Papua Barat Daya (PBD) yang selama ini konsisten dalam membuat kebijakan terkait konservasi.
Penulis: Petrus Bolly Lamak | Editor: Intan
“Dengan pengalaman yang ada selama ini, maka sudah pasti akan kita bawa ke depan untuk menjadikan Provinsi PBD sebagai daerah konservasi di Indonesia. Ini sudah kita mulai 10 tahun yang lalu, apalagi sekarang yang ramai orang bicara perubahan iklim, tentu kita akan dorong PBD sebagai provinsi konservasi ke depan ya,” katanya.
Alumnus SMP YPPK Santo Dombosco Fak-Fak menyatakan, kehadiran daerah konservasi dan perlindungan masyarakat adat di Kabupaten Tambrauw selama dirinya menjadi bupati dua periode, teryata masyarakat memberikan dukungan penuh.
“Masyarakat sangat mendukung. Apalagi selama ini kita sudah melakukan pemetaan wilayah adat dari masing-masing suku, untuk melihat keret dan marganya seperti misalnya di Fef, Miyah, Kebar Raya, Abun dan seterusnya,” ujarnya.
“Memang masih belum semua melakukannya, sebab masyarakat lain belum memahami, terkait dengan sidang adat. Apalagi sidang adat tidak bisa bicara dalam waktu satu atau dua hari, tetapi harus minimal seminggu sampai dua minggu, sehingga ada pengakuan diantara suku melalui keret dan marga yang ada,” tambahnya.
Gabriel menyebutkan, dengan adanya musyawarah adat yang didorong oleh pihaknya selama dirinya menjabat sebagai Bupati Tambrauw dua periode, agar ke depan di setiap suku saling mengakui antara keret dan marga yang ada, sehingga ke depan tidak terjadi konflik kepentingan diantara masyarakat adat.
“Kita bisa lihat sering bisa terjadi konflik sosial, karena saling mempertahankan hak ulayat, sebab adanya lokasi tertentu memiliki potensi ekonomi, seperti tambang, tumbuh-tumbuhan, dan lain sebagainya. Ini bisa terjadi, karena belum adanya kesepakatan bersama diantara keret dan marga yang ada untuk saling mengakui,” ucapnya.
Manfaat Konservasi Hutan
Gabriel mengatakan, manfaat dilakukan konservasi terhadap hutan adalah menjaga kualitas hutan dan destinasi wisata alam tetap terjaga, sehingga mengundang para wisatawan mancanegara atau asing, untuk datang berkunjung.
Lebih lanjut dia menyampaikan, dengan melindungi hutan, maka akan menjaga endemik asli yang ada di sekitarnya, baik hewan seperti burung cenderawasih dan tumbuh-tumbuhan bisa tetap terjaga dengan sebaik-baiknya.
“Kalau kita tidak menjaga hutan dengan melakukan konservasi, maka yang terjadi adalah hewan dan tumbuh-tumbuhan endemik akan hilang semuanya,” katanya.
Kata Gabriel, produk turunan dari melakukan konservasi hutan adalah mewujudkan pariwisata berkelanjutan, baik konservasi wisata hutan dan konservasi laut serta mewujudkan energi terbarukan dengan memanfaatkan tenaga air yang ada di daerah.
“Untuk Tambrauw saat saya menjabat bupati sudah kita lakukan dengan memanfaatkan tenaga air untuk pembangkit listrik dengan kapasitas 2X800 KW atau setara dengan 1,6 Megawatt. Ini Pemda Tambrauw lakukan kontrak jual beli PLN melalui BUMD yang dimiliki Pemda Tambrauw. Ini pertama kali di Indonesia yang bisnis listrik dan diakui oleh PLN,” ujarnya.
Tak hanya itu, Gabriel berharap ke depan bisa dikembangkan untuk perkebunan kopi, coklat, kelapa dan lain sebagainya. Hal ini agar masyarakat tidak semata-mata menjual kayu merbau (besi), lalu mendapatkan uang atau olah tambang dapat uang.
“Kita bisa lakukan dengan menanam kelapa, coklat, kopi dan tanaman jangka panjang, sehingga memberikan penghasilan kepada masyarakat ke depan. Ini merupakan manfaat dari konservasi hutan yang dilakukan,” harapnya. (Tribunsorong.com/petrus bolly lamak)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/sorong/foto/bank/originals/20230913_Mantan-Bupati-Tambrauw-dua-periode-Gabriel-Asem-konservasi-hutan.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.