Hubungan Diplomatik

75 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia dan Takhta Suci, Seiring Sejalan

Tanggal 13 Maret 2025M hubungan diplomatik antara Indonesia -Takhta Suci genap berusia 75 tahun. 

Editor: Jariyanto
FREEPIK
BENDERA - Ilustrasi bendera Indonesia dan Negara Vatikan. Hubungan diplomatik antara Indonesia -Takhta Suci, Varikan genap berusia 75 tahun pada 13 Maret 2025. Hubungan kedua negara dimulai pengakuan kemerdekaan dan kedaulatan RI oleh Takhta Suci pada 1947. 

"Takhta Suci, tidak hanya mengapresiasi hal itu, tetapi juga mengaguminya. Apalagi sekarang ini, di mana banyak negara terpecah-pecah karena perbedaan etnis dan agama," kata Trias.

Bahkan para Paus, sejak Paus Pius XII (bertakhta 1939 - 1958) hingga Paus Fransiskus, sangat mengagumi Pancasila. Dalam pidatonya di Istana Negara, Paus antara lain mengatakan, "Semboyan nasional Anda Bhinneka Tunggal Ika menggambarkan dengan baik realitas yang beraneka ragam ini, yaitu masyarakat yang beragam yang bersatu dengan kokoh dalam satu negara. Keharmonisan dalam keberagaman mengharuskan setiap orang untuk merangkul semangat persaudaraan dalam mencari kebaikan semua orang."

Sebaliknya, Indonesia memandang Takhta Suci sebagai negara berdaulat tanpa kekuatan militer, tetapi memiliki otoritas spiritual yang jangkauannya melampaui batas negara.

Tidak seperti kekuatan tradisional yang menggunakan diplomasi melalui pengaruh ekonomi atau kekuatan militer, Takhta Suci bergantung pada interaksi yang rumit antara persuasi moral, doktrin teologis, dan perjanjian hukum untuk membentuk keterlibatan internasionalnya.

Bagi Takhta Suci diplomasi bukan instrumen negara, betapapun kecilnya, melainkan instrumen institusi keagamaan yaitu Gereja Katolik.

Baca juga: Sekretaris Komisi HAK KWI bersama PP Pemuda Katolik Geruduk Organisasi Kepemudaan Lintas Agama

Tujuan utamanya adalah dalam tatanan spiritual, moral dan kemanusiaan, termasuk penghormatan terhadap hak asasi manusia kolektif dan individu.

Di antara hak-hak tersebut, termasuk hak kebebasan beragama tidak hanya bagi umat Katolik, tetapi juga bagi pemeluk agama lain, sehingga dalam hal ini, ada kesamaan.

"Maka hubungan dengan Takhta Suci menjadi sangat khas: tidak ada kerja sama ekonomi, militer, dan juga politik. Tetapi penekannya lebih pada kerja sama dalam bidang kebudayaan, sosial, pendidikan, agama, dan lingkungan hidup," kata Trias Kuncahyono.

Baca juga: Pastor Deni SVD: Kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia Konsisten Membawa Pesan Perdamaian

Hal tersebut, antara lain yang melatari sekarang ada 1729 biarawan/biarawati Indonesia yang belajar, berkarya, dan memimpin biara di berbagai kota di Italia.

Ada biarawati yang berkarya di pendidikan, rumah jompo, yatim piatu, dan mengurusi biara. Sementara para pastor sebagian besar studi.

Seiring sejalan

Lebih lanjut Trias mengatakan, Indonesia dan Vatikan memiliki banyak kesamaan pandangan, sikap, dan posisi terhadap isu-isu internasional, seperti perdamaian.

Misalnya dal isu Palestina, Yaman, Myanmar, Nigeria, Ukraina, dan berbagai wilayah konflik lainnya.

Selain itu juga dalam isu HAM, hak-hak, perempuan dan anak-anak, lingkungan hidup, food security dan juga water security.

Baca juga: Bocah Penyambut Paus Fransiskus Pakai Mahkota Papua

Sikap kedua negara dalam isu misalnya, konflik Israel - Palestina, sama dan jelas, mendukung two-state solution, baik bagi Indonesia maupun Vatikan, two-state solution.

Maka, hubungan diplomatik antara Indonesia dan Takhta Suci adalah untuk mendukung upaya bersama menegakkan kebebasan beragama, khususnya di Indonesia, yang harus diakui masih ada beberapa catatan.

Selain itu, juga guna mendorong terciptanya kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat yang majemuk, kerukunan umat beragama ini melibatkan pemahaman agama yang menghargai keberagaman agama.

Ini ke depan yang harus ditingkatkan di tengah tantangan dunia yang begitu kompleks. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved