Jumat Agung

Semua Tanya Tentang Cinta kepada Orang Lain Terjawab Tuntas oleh Yesus di Kayu Salib

Umat Katolik Paroki Santo Arnoldus Janssen Malanu, Keuskupan Manokwari-Sorong, mengikuti perayaan ibadah Jumat Agung yang khidmat.

TRIBUNSORONG.COM/PETRUS BOLLY LAMAK
PROSESI CIUM SALIB - Umat berlutut menuju salib Yesus yang dipegang Suster (baju putih) untuk mencium kaki Yesus dalam Ibadah Jumat Agung di Katolik Paroki Santo Arnoldus Janssen Malanu, Keuskupan Manokwari-Sorong,pada Jumat (18/4/2025). 

TRIBUNSORONG.COM, SORONG - Umat Katolik Paroki Santo Arnoldus Janssen Malanu, Keuskupan Manokwari-Sorong, mengikuti perayaan ibadah Jumat Agung yang khidmat, pada Jumat (18/4/2025).

Ibadah dimulai serentak pukul 15.00 WIT, bertepatan dengan waktu wafatnya Yesus Kristus, sebagaimana dilaksanakan oleh seluruh Gereja Katolik di dunia. 

Baca juga: Drama Jalan Salib di Sorong, Umat Katolik Diingatkan Kisah Sengsara dan Penderitaan Kristus

Momen ini menjadi puncak masa prapaskah yang penuh makna, ditandai dengan prosesi penciuman dan/atau penyembahan salib, simbol pengorbanan agung Sang Juruselamat.

Ibadah Jumat Agung dipimpin oleh Pastor Rekan Paroki, Pater Krispianus Panda Lewa, SVD. 

Dalam homilinya, Pater Krispin demikian ia akrab disapa menyampaikan bahwa Jumat Agung merupakan saat berkabung paling dalam bagi umat Katolik

Sebab, pada hari inilah Yesus Kristus wafat di kayu salib demi menebus dosa umat manusia.

“Kisah sengsara Yesus menurut Injil Yohanes yang dilantunkan dalam bentuk Pasio menunjukkan penderitaan yang luar biasa. Ia disiksa dan dihina, menanggung semua itu demi menggantikan kita,” ujar Pater Krispin dengan nada reflektif.

Baca juga: Ibadah Penciuman Salib di Kumurkek Maybrat, Momen Reflektif Sengsara dan Wafat Kristus

Ia juga mengapresiasi penampilan Tablo Kisah Sengsara Yesus yang dibawakan oleh Orang Muda Katolik (OMK) Santa Agatha. 

Para pemeran menampilkan adegan penyiksaan yang begitu menyentuh, meski tentu tidak dapat dibandingkan dengan penderitaan Yesus yang sesungguhnya.

“Pemeran Yesus pun tampak begitu menderita ketika dicambuk oleh para prajurit yang sebenarnya adalah teman-temannya sendiri. Tapi tetap saja, itu belum sebanding dengan penderitaan Yesus dua ribu tahun lalu,” tuturnya.

20250419_cium salib
PEMIMPIN IBADAH - Pater Krispianus Panda Lewa, SVD (memakai jubah merah) sedang memimpin ibadah Jumat Agung, 18 April 2025 di Gereja Katolik Santor Arnoldus Janssen makanu Keuskupan Manokwari Sorong.

Pater Krispin mengajak umat merenungkan satu pertanyaan besar: siapa yang rela dicambuk atau disiksa demi orang yang dicintainya?

“Jawaban pertanyaan ini tidak mudah, apalagi di zaman sekarang, ketika kasih sering kali bersyarat. Banyak yang berpikir, ‘kalau saya memberi, kamu juga harus memberi balik’. Tapi Yesus tidak berpikir demikian. Ia mencintai dengan total, bahkan menyerahkan nyawa-Nya,” ujarnya.

Baca juga: Ibadah Jumat Agung di Kota Sorong, Pater Iventus Kocu: Tetap Beriman di Tengah Persoalan Hidup

Menurutnya, cinta Yesus adalah jawaban dari semua pertanyaan tentang kasih sejati. 

Melalui darah dan air yang mengalir dari lambung-Nya, Yesus menunjukkan bahwa cinta yang sejati adalah pengorbanan.

“Sebagai orang beriman, kita harus menempatkan Yesus sebagai yang pertama dalam hidup kita. Kalau prioritas hidup kita adalah Yesus, maka kita tak akan mudah tergoda untuk membalik urutan: politik dulu, lalu Tuhan. Harusnya Tuhan dulu, baru yang lain,” tegasnya.

20250419_umat cium salib
UMAT - Umat Paroki Santo Arnoldus Janssen Malanu, Keuskupan Manokwari-Sorong berbaris dengan penuh hening menuju tempat yang disiapkan untuk mencium kaki Yesus dalam ibadah Jumat Agung, pada Jumat (18/4/2025).
Halaman
12
Sumber: TribunSorong
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved