TRIBUNSORONG.COM - Sejumlah sopir taksi, pick-up, dan ojek konvensional di Manokwari menyatakan protes terhadap operasional Maxim di kawasan pelabuhan.
Mereka menilai kehadiran layanan transportasi online tersebut mengganggu mata pencaharian mereka, terutama di pelabuhan-pelabuhan utama seperti Manokwari, Anggrem, dan Marampa.
Baca juga: Driver Maxim Sorong Papua Barat Daya Merugi, Buntut Oknum Sopir Taksi Online Rudapaksa Penumpang
Koordinator aksi yang juga sopir pick-up konvensional Monce Ariks menegaskan, bahwa Maxim telah memonopoli wilayah operasional yang selama ini menjadi sumber penghasilan mereka.
"Kami sudah lebih dulu berada di sini. Kehadiran Maxim sangat mengganggu piring makan kami," ujarnya.
Baca juga: Maxim Prihatin Ulah Asusila Oknum Mitra Pengemudi di Sorong, Siap Beri Pertanggungjawaban ke Korban
Monce menambahkan, jika keberadaan Maxim tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, pihaknya meminta agar layanan tersebut tidak diizinkan beroperasi di wilayah pelabuhan yang selama ini menjadi lokasi kerja sopir konvensional.
Sebagai bentuk peringatan, para sopir berencana memasang spanduk di setiap pelabuhan untuk mengingatkan pihak Maxim agar tidak beroperasi di kawasan tersebut.
Baca juga: Kasus Pengeroyokan Driver Maxim di Bandara DEO Sorong Berakhir Damai di Polisi
Jika peringatan ini diabaikan, Monce menegaskan bahwa mereka akan mengambil langkah tegas.
"Kami akan mulai dengan teguran berupa pemberitahuan. Jika tetap tidak diindahkan, maka tindakan yang lebih tegas akan kami ambil," katanya.
Selain itu, para sopir juga mendesak pemerintah daerah untuk segera membuat Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur operasional Maxim agar tidak merugikan sopir konvensional.
"Kami menilai kehadiran Maxim di Manokwari sangat memonopoli tempat kami beroperasi. Oleh karena itu, perlu ada batasan," tambah Monce.
Baca juga: Maxim Indonesia Sikapi Insiden Keributan di Bandara DEO Sorong
Hingga berita ini diterbitkan, pihak Maxim belum memberikan tanggapan atas protes yang disampaikan para sopir konvensional. (*)