Hubungan Diplomatik

Perangko Baru Indonesia-Takhta Suci Edisi HUT Ke-75 Hubungan Diplombatik Diluncurkan

Perangko baru yang menjadi penanda HUT Ke-75 Hubungan Diplomatik Indonesia dan Takhta Suci diluncurkan di Museum Vatikan, Roma, Italia.

Editor: Jariyanto
DOK. KBRI TAKHTA SUCI
PERANGKO BARU - Secretary for Relations with States and International Organizations (Menlu) Mgr Paul Richard Gallagher (tengah), Secretary General of the Governorate of Vatican City State Mgr Emilio Nappa (kiri), dan Dubes RI untuk Takhta Suci Michael Trias Kuncahyono (kanan) meluncurkan perangko baru di Museum Vatikan, Roma, Italia, Jumat (15/11/2025). Perangko bernilai 3,35 Euro ini menjadi penanda HUT Ke-75 Hubungan Diplomatik Indonesia dan Takhta Suci. 

Selain untuk keperluan pos, perangko juga dapat berfungsi sebagai alat diplomatik atau mempromosikan suatu negara di kancah internasional.

"Perangko, juga bagian dari identitas, bagian dari second track diplomacy," kata Trias.

Baca juga: Kontingen LP3KD Kota Sorong Juara Umum Pesparani Katolik I Papua Barat Daya

Sekjen Kegubernuran Vatikan Mgr Emilio Nappa mengatakan, perangko sebagai hasil budaya yang bernilai tinggi.

Pancasila, dengan menekankan prinsip-prinsip "Bhinneka Tunggal Ika" sebagai model bagi kerukunan antarumat beragama dan persatuan bangsa. 

"Pancasila selaras dengan nilai-nilai Kristiani seperti persaudaraan dan memandangnya sebagai cara untuk membangun masyarakat yang damai dan adil," ucap Mgr. Nappa  

Mitra seperjuangan

Menlu Gallagher dalam pidato sambutannya menjelaskan latar belakang Takhta Suci mengakui kemerdekaan Indonesia.

Antara lain, Takhta Suci mendukung  hak suatu bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri (self-determination) sesuai dengan hukum internasional yang berlaku, untuk hidup, dan melanjutkan membangun kehidupan sebagai manusia yang bermartabat.

Mgr Gallagher juga menyampaikan tujuan diplomasi Takhta Suci bukan buat kepentingan ekonomi, militeristik, dan keamanan, tetapi fokus pada upaya mendorong terciptanya perdamaian, hak-hak asasi manusia, dan kebebasan beragama melalui dialog, serta menjunjung tinggi kemanusiaan.

Baca juga: Gubernur Elisa Buka Pesparani Katolik I Papua Barat Daya, 13 Kategori Lomba Siap Dipertandingkan

Diplomasi Vatikan berakar pada sejarah dan puluhan tahun upaya membangun jembatan, dialog, kerendahan hati, dan kesabaran untuk mengatasi tantangan yang tampaknya tak teratasi.

Diplomasi belas kasih ini memprioritaskan tindakan nyata demi kebaikan bersama. 

"Diplomasi Takhta Suci berfokus pada penerjemahan harapan menjadi 'tindakan diplomatik' dan tentang pentingnya 'menjadi tetangga' untuk melayani kebaikan bersama," kata Mgr Gallagher. 

Baca juga: Umat Katolik “Jangan Bolos” Doa Rosario Selama Bulan Oktober

Ia merasa bangga meskipun di Indonesia umat Kristiani sedikit tetapi bergerak aktif di bidang pendidikan dan kesehatan, serta kesejahteraan sosial.

Indonesia, kata Mgr Gallagher, bisa menjadi mitra dalam mewujudkan tujuan bersama-- perdamaian, kerukunan, keadilan sosial, antara lain.

Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila selaras dengan nilai-nilai yang diperjuangkan Takhta Suci: kemanusiaan, keadilan sosial, hak-hak asasi manusia, persatuan, saling menghormati dan toleransi.

Baca juga: Imbauan bagi Penyelenggara dan Pastor Pendamping Tur Ziarah ke Roma dari Dubes RI untuk Takhta Suci

Ketika berbicara tentang Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, Mgr Gallagher mengacu pada apa yang dikatakan Paus Fransiskus saat berkunjung ke Indonesia, 2024.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved