Pendidikan Tambrauw

Potret Siswa SD Malaworsai Tambrauw Nyebrang Kali Demi Bisa Belajar, Pemkab Diminta Bangun Jembatan

Puluhan siswa SD Malaworsai Kabupaten Tambrauw harus menghadapi kenyataan pahit.

Penulis: Angela Cindy | Editor: Petrus Bolly Lamak
Dok. Istimewa
MENYEBRANG KALI - Siswa SD Malaworsai Kabupaten Tambrauw digendong guru laki-laki bersama guru perempuan siap-siap melintas Kali Kawar yang sedang banjir. 

Ringkasan Berita:
  • Siswa hanya berdiri di tepi air kecoklatan itu, sambil menimbang apakah arus air aman diseberangi.
  • Kondisi ini bukan hanya menghambat kegiatan belajar-mengajar, tetapi pelayanan publik ikut terhambat.
  • Arus kali kadang meningkat tiba-tiba, sementara pijakan licin membuat anak-anak hampir terseret air.
  • Guru sering terlambat tiba di sekolah, bahkan tidak bisa mengajar sama sekali ketika air naik.
  • Pemkab Tambrauw diharap bisa bangun jembatan agar akes ke sekolah terjangkau.

TRIBUNSORONG.COM, FEF - Puluhan siswa SD Malaworsai Kabupaten Tambrauw harus menghadapi kenyataan pahit.

Mereka tak bisa bersekolah layak saat hujan, karena akses menuju sekolah tertutup banjir.

Baca juga: Sistem Zonasi Mudahkan Koordinasi Pendidikan, Disdikpora Tambrauw Bagi 2 Zona 

Peristiwa pahit ini terjadi pada Selasa (18/11/2025), banjir deras meluap ke kali Kawar dan menutup akses utama ke sekolah.

Siswa hanya berdiri di tepi air kecoklatan itu, sambil menimbang apakah arus air aman diseberangi.

Baca juga: 7 Guru Tambrauw Raih Prestasi Apresiasi GTK 2025 Papua Barat Daya, 2 Orang Melaju ke Ajang Nasional

Siswa mencopot sepatu dan menentengnya, tapia da pula memilih tidak memakai sepatu karena setiap hari harus basah dan terendam.

“Setiap kali hujan, air pasti naik. Anak-anak tidak bisa menyeberang, kami guru juga tidak bisa masuk mengajar,” ucap guru SD Malaworsai Ahaskya Paonganan.

“SD Malaworsai memiliki 44 siswa.”

Seorang siswa Thyara Ramadani Abdul Karim mengatakan, setiap pagi melepas sepatunya sebelum menyeberangi kali. 

Ia mengaku, ingin berangkat sekolah pakai sepatu bersih dan rapi, seperti anak-anak di tempat lain, tetapi kondisi jalan memaksanya bersekolah tanpa alas kaki.

“Kami mau sekolah bagus, tapi air bikin kita basah semua. Sepatu tidak bisa dipakai, jadi terpaksa jalan tanpa sepatu,” kata Thyara polos.

Baca juga: Sanggar Akabomata Tambrauw, Wadah Perempuan OAP Produksi Aneka Kerajinan Kearifan Lokal

Guru senior Bokihais Tuheteru mengatakan, kondisi ini bukan hanya menghambat kegiatan belajar-mengajar, tetapi pelayanan publik ikut terhambat.

Para pegawai distrik turut terjebak banjir di kali itu.

“Air naik ini bukan hal baru. Sudah lama kami alami. Tapi sampai sekarang belum ada jembatan, belum ada tanggapan serius. Kami kasihan anak-anak,” katanya. 

Baca juga: Sanggar Akabomata Tambrauw, Wadah Perempuan OAP Produksi Aneka Kerajinan Kearifan Lokal

Orang tua murid Ridwan Sangadji mengatakan, arus kali kadang meningkat tiba-tiba, sementara pijakan licin membuat anak-anak hampir terseret air.

“Kalau ada jembatan, anak-anak bisa sekolah setiap hari. Guru juga tidak terjebak air. Itu saja harapan kami,” ujarnya.

Sumber: TribunSorong
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved