Festival Egek Sorong
Mengulik Damar, Pelita Tradisional Moi Papua Barat Daya yang Tergerus Zaman
Hanya saja, proses pembuatan sejak dari pohon hingga menjadi sebuah pelita dapat memakan waktu sebulan lamanya.
TRIBUNSORONG.COM, AIMAS - Aktivitas tradisional masyarakat Moi, Sorong, Papua Barat Daya masih banyak yang terjaga hingga saat ini, namun ada juga yang berangsur hilang seiring perkembangan zaman.
Baca juga: Pemprov Papua Barat Daya Dukung Keberlanjutan Festival Egek Suku Moi
Satu di antaranya yakni penggunaan pelita tradisional atau yang biasa disebut damar.
"Barang ini (pelita, red) terbuat dari yang kami orang Moi biasa sebut sebagai pohon damar," ujar Sefnat Magabelo (55), warga Suku Moi Kelim di Malaumkarta, Distrik Makbon kepada TribunSorong.com, Selasa (6/6/2023).
Cara pembuatan pelita dari pohon tersebut cukup sederhana dan simpel.
Hanya saja, proses pembuatan sejak dari pohon hingga menjadi sebuah pelita dapat memakan waktu sebulan lamanya.
Baca juga: Sandiaga Uno Harapkan Festival Egek Tingkatkan Ekonomi Warga Sekitar
Selama tahapan pembuatan damar, butuh keahlian khusus dan kesabaran kesabaran bagi setiap warga agar menghasilkan penerangan yang sempurna.
"Setelah proses dari pohon, dipisah ke dalam wadah, hingga dijemur, damar tersebut diuji lagi," kata Sefnat Magabelo.
Ayah tiga anak ini tak menampik hadirnya jaringan listrik tentu saja membuat lampu tradisional ini tak lagi efektif lagi.
Masyarakat pun sudah jarang yang membuat damar serta berangsur-angsur ditinggalkan.
"Pada akhirnya banyak generasi muda mulai lupa terhadap budayanya," ucap Sefnat Magabelo.
Ia berharap, melalui Festival Egek I di Malaumkarta, tradisi masyarakat Moi bisa tetap dilestarikan. (tribunsorong.com/safwan)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.