Profil Pejabat
Kisah Gabriel Asem, Meniti Karir dari ASN hingga Jadi Bupati Tambrauw Dua Periode
Dari seleksi tersebut, ia dipercayakan menjadi Direktur Administrasi dan Keuangan PDAM Kabupaten Sorong tahun 2001.
Penulis: Petrus Bolly Lamak | Editor: Milna Sari
Meninggalkan Berbagai Jejak Pembangunan di Tambrauw
Selama 10 tahun menjadi bupati defenitif pertama di Kabupaten Tambrauw, tentunya banyak hal yang telah dibangun dan ditinggalkan untuk masyarakat di Kabupaten Tambrauw.
Pada periode pertama 100 hari kepemimpinannya, dia membangun air bersih yang disalurkan kepada masyarakat dan para pegawai yang menjalankan tugas dan pelayanan di ibu kota sementara Kabupaten Tambrauw, yaitu Distrik Sausapor.

“Air bersih ini kita sediakan. Karena ini kebutuhan pokok. Dimana air bersih ini program 100 hari ketika saya menjadi bupati pada periode pertama. Air bersih berjalan 24 jam dan kini dinikmati oleh masyarakat,” ungkap Alumnus SMA YPPK Santo Agustinus tahun 1984 ini.
Tak hanya itu, jalan penghubung antara Moraid dan Sausapor saat itu mengalami kesulitan, sebab hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki.
Oleh karena itu, akses jalan mulai dibuka dan dibangun beberapa jembatan penghubung, sehingga transportasi darat dan aktivitas pemerintahan di ibu kota sementara yang ada di Distrik Sausapor tetap berjalan.
“Kita bangun jembatan penghubung di Wesan dan Jembatan Warmanem, karena selama ini hanya dilalui dengan berjalan kaki melalui sungai. Oleh karena itu, kita bangun jembatan dan jalan biar mempermudah akses masyarakat dan pemerintahan di daerah Moraid dan Sausapor,” jelasnya.
Selain itu, dalam periode pertama mulai dibangun jalan penghubung antara Sausapor dan Werur yang merupakan lapangan terbang bekas perang dunia kedua.
Lalu, dibangun juga Puskesmas Rawat Inap dan membangun akses jaringan telekomunikasi Telkomsel, berupa menara yang berada di 8 lokasi, yakni Sausapor, Fef, Kebar, Amberbaken, Kwoor dan beberapa wilayah lainnya, sehingga akses komunikasi bisa berjalan.
“Kita mulai buka lapangan terbang bekas perang dunia kedua di Werur yang ditinggalkan selama 77 tahun. Mulai dengan penimbunan menggunakan APBD, lalu kami buat surat dan dibangun oleh Kementerian Perhubungan menggunakan APBN,” bebernya.
Pada tahun 2013, kata Alumnus SMP YPPK Dobonsco Fak-Fak tahun 1981 ini pihaknya bersama DPRD Kabupaten Tambrauw membuat Peraturan Daerah (Perda) tentang pembangunan ibu kota di Distrik Fef, Kabupaten Tambrauw.
Ini merupakan ibu kota defenitif yang sesuai dengan amanat Undang-Undang (UU) pembentukan Kabupaten Tambrauw.
“Pada tahun 2015, akhirnya kita bangun Kantor Bupati Kabupaten Tambrauw dua lantai dan membangun dinas-dinas lainnya di Fef,” katanya.
Tak hanya itu, dibawah kepemimpinannya sebagai Bupati, Pemda Tambrauw secara serius membangun pusat pemerintahan di Fef dengan pembangunan kantor, jalan penghubung, dan berbagai penginapan berupa rusun yang akan ditempati oleh para pegawai.
Lalu, dibangun juga Rumah Sakit Pratama, dan mendukung pembangunan Gereja Katolik dan GKI diberbagai daerah, termasuk pembangunan Masjid di Sausapor sebagai bentuk dan komitmen Pemda Tambrauw menjaga toleransi umat beragama di negeri penyu belimbing tersebut.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.