Pilkada 2024

Profil dan Sepak Terjang Gabriel Asem yang Siap-siap Maju Pilgub Papua Barat Daya

Salah seorang putra Tambrauw terbaik digadang-gadang masuk bursa balon gubernur.

|
tribunsorong.com/Paulus Pulo
Ketua DPW Partai Perindo Papua Barat Daya Gabriel Asem. 

TRIBUNSORONG.COM, SORONG - Riak-riak Pilkada 2024 di Provinsi Papua Barat Daya mulai mencuat ke publik.

Sejumlah nama yang disebut masuk bursa Bakal Calon (Balon) Gubernur Papua Barat Daya beredar ramai.

Salah seorang putra Tambrauw terbaik digadang-gadang masuk bursa balon gubernur.

Baca juga: Siap-siap Gabriel Asem Menuju Papua Barat Daya Satu?

Namanya Gabriel Asem eks Bupati Kabupaten Tambrauw dua periode.

Gabriel terbilang mulus jika ikut perhelatan politik di Papua Barat Daya.

Pasalnya pria yang akrab disapa Gebi ini sedang menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Parati Perindo Papua Barat Daya.

Sebagai ketua partai, tentu dia punya peluang untuk melakukan lobi-lobi politik dengan partai lain.

Peluang tersebut harus didukung kerja keras, pasalnya hasil rekapitulasi KPU, Perindo Papua Barat Daya meraih tiga kursi di DPRD.

Perindo harus membangun koalisi agar bisa memenuhi tujuh kursi sebagai syarat menuju 01 Papua Barat Daya.

Profil Gabriel Asem

Gabriel Asem (59) memulai meniti karier menjadi aparat sipil negara (ASN) pada tahun 1997 di Kabupaten Sorong.

Lalu, mengikuti prajabatan di Kota Malang, Provinsi Jawa Timur.

Baca juga: Dijodohkan dengan AFU untuk Pemilu 2024, Gabriel Asem: Semua Masyarakat Papua Barat Daya Menghendaki

Setelah itu, Gabriel pulang dan ditugaskan sebagai staf di Bidang Laporan Inspektorat Kabupaten Sorong.

Setelah bekerja selama 3 tahun, maka pria yang akrab disapa Gabriel ini mengikuti seleksi, guna penempatan di bagian keuangan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Sorong.

Dari seleksi tersebut, ia dipercayakan menjadi Direktur Administrasi dan Keuangan PDAM Kabupaten Sorong pada 2001.

“Karena pimpinan lihat kinerja saya bagus,” katanya saat berbincang-bincang dengan wartawan di Kota Sorong belum lama ini.

Setelah itu, pria kelahiran 26 Oktober 1963 ini dilantik lagi menjadi Kepala Bidang Anggaran BPKAD Kabupaten Sorong pada tahun 2006.

Selama berada di BPKAD, Gabriel belajar banyak tentang pengelolaan keuangan daerah dan pemerintahan dari Ahmad Hatari yang saat ini menjadi Kepala BPKAD.

Baca juga: Alasan Gabriel Asem Hengkang dari Ketua DPC Partai Golkar Tambrauw, Ucap Terimakasih

Selama berkarir sebagai ASN di BPKAD, kinerja Gabriel terbilang bagus, sehingga tak heran dia direkomendasikan oleh pimpinannya, untuk mengambil studi S2 di Magister Ekonomi dan Pembangunan Universitas Gajah Mada (UGM) dengan konsentrasi Keuangan Daerah pada 2006.

“Saya kuliah S2 di UGM sejak 2006 dan selesai pada bulan Oktober 2007. Hanya membutuhkan waktu 1 tahun lebih untuk meraih gelar magister di UGM. Setelah itu, saya balik dari pendidikan dan pada tahun 2008 dilantik kembali menjadi kepala bidang pembukuan BPKAD tahun 2008 ,” ungkapnya.

Sepak Terjang

Jabat Kepala BPKAD Tambrauw

Pada tahun 2008 terjadi pemekaran Kabupaten Tambrauw, sehingga sebagian besar aset dari Pemda Kabupaten Sorong dipindahkan ke Kabupaten Tambrauw.

Salah satunya adalah ASN yang saat itu bekerja di Pemda Kabupaten Sorong.

Mantan Bupati Tambrauw dua periode, Gabriel Asem, SE., M.Si, saat bersama-sama masyarakat adat di Kabupaten Tambrauw, ketika menjabat Bupati Tambrauw selama 10 tahun.
Mantan Bupati Tambrauw dua periode, Gabriel Asem, SE., M.Si, saat bersama-sama masyarakat adat di Kabupaten Tambrauw, ketika menjabat Bupati Tambrauw selama 10 tahun. ((Tribunsorong.com/petrus bolly lamak))

Suami Anjela Kalay ini merupakan salah satu putra daerah yang memiliki karier cukup bagus, sebab saat itu sehingga ikut dipindahkan ke Kabupaten Tambrauw.

Alumnus  UGM ini kemudian dipercayakan sebagai Kepala BPKAD Kabupaten Tambrauw. Ini merupakan kepercayaan yang diberikan, apalagi ia merupakan salah satu putra asli dari Kabupaten Tambrauw.

Baca juga: Mundur dari Jabatan Ketua Golkar Tambrauw, Gabriel Asem Digantikan Jois Kambu 

Tugas ini diemban Gabriel hanya setahun, sebab pada tahun 2010, ia memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai calon Bupati Kabupaten Tambrauw.

“Jabatan ini saya emban hanya setahun, sebab setelah itu, saya mencalonkan diri sebagai Bupati Kabupaten Tambrauw,” katanya.

Jabat Bupati Tambrauw Dua Periode

Menitik karier sebagai ASN dan menjabat sebagai Kepala BPKAD Kabupaten Tambrauw saat itu, bagi Gabriel nampaknya tidak akan mampu memberikan sumbangsi lebih bagi perubahan di Kabupaten Tambrauw.

Oleh karena itu, pria kelahiran lembah Kebar, Kabupaten Tambrauw ini harus mengambil komitmen mencalonkan diri sebagai Bupati Kabupaten Tambrauw, berpasangan dengan calon Wakil Bupati Kabupaten Tambrauw, Yohanis Yembra.

Mantan Bupati Tambrauw, Gabriel Asem, SE., M.Si, saat masih menjabat Bupati Tambrauw ketika disambut dengan tari-tarian adat di Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat Daya, belum lama ini.
Mantan Bupati Tambrauw, Gabriel Asem, SE., M.Si, saat masih menjabat Bupati Tambrauw ketika disambut dengan tari-tarian adat di Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat Daya, belum lama ini. (Tribunsorong.com/petrus bolly lamak)

Dalam pertarungan ini politikus Partai Golongan Karya (Golkar) ini berhasil memenangkan pemilukada di Kabupaten Tambrauw.

Dan dilantik secara resmi pada tanggal 22 Oktober 2011 dan menjalankan roda pemerintahan selama lima tahun, terhitung sejak 2011-2016.

Baca juga: Gabriel Asem, Penggagas Daerah Konservasi Dari Papua Barat Daya: Hutan Adalah Ibu

Dengan jabatan sebagai orang nomor satu di Kabupaten Tambrauw, tentu Gabriel bersama wakilnya langsung melakukan berbagai terobosan pembangunan pada periode pertama kepemimpinannya.

“Pada periode pertama ini, salah satu yang kami lakukan adalah memindahkan ibu kota sementara Kabupaten Tambrauw ke Distrik Sausapor pada 1 Januari 2012, untuk menjalankan pemerintahan daerah untuk sementara,” katanya.

Sebagai daerah yang baru dimekarkan tentunya tidak semudah membalik telapak tangan untuk membangunnya.

Baca juga: Kisah Gabriel Asem, Meniti Karir dari ASN hingga Jadi Bupati Tambrauw Dua Periode

Oleh karena itu, langkah untuk menjalankan roda pemerintahan sementara di Distrik Sauapor adalah salah satu solusi yang dilakukan oleh Gabriel diawal kepemimpinannya.

Apalagi, saat itu akses transportasi baru bisa dilalui menggunakan jalur laut, sedangkan akses jalan darat belum dibuka sama sekali.

Hal ini tentunya menjadi kendala dalam membangun Kabupaten Tambrauw.

“Kantor dinas perikanan yang baru saja dibangun di Sausapor, kami jadikan sebagai kantor bupati dan sekretariat daerah, sedangkan dinas lainnya masih menggunakan SD Moraid sebagai kantor sementara,” jelas Gabriel.

Sukses membangun Kabupaten Tambrauw selama satu periode, maka alumnus STIE YPUP Makassar tahun 1994 ini kembali lagi dipercayakan masyarakat memimpin Kabupaten Tambrauw untuk periode kedua.

Kali ini dia berpasangan dengan Mesakh Yekwam sebagai Wakil Bupati Kabupaten Tambrauw.

Usai memenangkan pemilukada diperiode kedua, maka Gabriel dan Mesakh resmi dilantik sebagai Bupati dan Wakil Bupati pada 22 Mei 2017 dan menjalankan roda pemerintahan lima tahun kedepan, yakni 2017-2022.

Meninggalkan Berbagai Jejak Pembangunan di Tambrauw

Selama 10 tahun menjadi bupati defenitif pertama di Kabupaten Tambrauw, tentunya banyak hal yang telah dibangun dan ditinggalkan untuk masyarakat di Kabupaten Tambrauw.

Baca juga: Gabriel Asem Ajak Muda Mudi Papua Mulai Berwirausaha

Pada periode pertama 100 hari kepemimpinannya, dia membangun air bersih yang disalurkan kepada masyarakat dan para pegawai yang menjalankan tugas dan pelayanan di ibu kota sementara Kabupaten Tambrauw, yaitu Distrik Sausapor.

“Air bersih ini kiami sediakan. Karena ini kebutuhan pokok. Dimana air bersih ini program 100 hari ketika saya menjadi bupati pada periode pertama,” ungkap Alumnus SMA YPPK Santo Agustinus tahun 1984 ini.

Tak hanya itu, jalan penghubung antara Moraid dan Sausapor saat itu mengalami kesulitan, sebab hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki.

Oleh karena itu, akses jalan mulai dibuka dan dibangun beberapa jembatan penghubung, sehingga transportasi darat dan aktivitas pemerintahan di ibu kota sementara yang ada di Distrik Sausapor tetap berjalan.

“Kami bangun jembatan penghubung di Wesan dan Jembatan Warmanem, karena selama ini hanya dilalui dengan berjalan kaki melalui sungai. Oleh karena itu, kami bangun jembatan dan jalan biar mempermudah akses masyarakat dan pemerintahan di daerah Moraid dan Sausapor,” jelasnya.

Selain itu, dalam periode pertama mulai dibangun jalan penghubung antara Sausapor dan Werur yang merupakan lapangan terbang bekas perang dunia kedua.

Mantan Bupati Tambrauw, Gabriel Asem, saat berada di balik Jembatan Sungai Kamundan, salah satu jembatan yang dibangun, saat dirinya menjabat Bupati Tambrauw dua periode.
Mantan Bupati Tambrauw, Gabriel Asem, saat berada di balik Jembatan Sungai Kamundan, salah satu jembatan yang dibangun, saat dirinya menjabat Bupati Tambrauw dua periode. (ISTIMEWA)

Lalu, dibangun juga puskesmas rawat inap dan membangun akses jaringan telekomunikasi Telkomsel, berupa menara yang berada di 8 lokasi, yakni Sausapor, Fef, Kebar, Amberbaken, Kwoor dan beberapa wilayah lainnya, sehingga akses komunikasi bisa berjalan.

“Kami mulai buka lapangan terbang bekas perang dunia kedua di Werur yang ditinggalkan selama 77 tahun. Mulai dengan penimbunan menggunakan APBD, lalu kami buat surat dan dibangun oleh Kementerian Perhubungan menggunakan APBN,” bebernya.

Pada tahun 2013, kata Alumnus SMP YPPK Dobonsco Fak-Fak tahun 1981 ini pihaknya bersama DPRD Kabupaten Tambrauw membuat Peraturan Daerah (Perda) tentang pembangunan ibu kota di Distrik Fef, Kabupaten Tambrauw.

Baca juga: Anggiluli Tahan Diri meski Lambert Ngebet, Tunggu Petunjuk Ketum PDI-P Soal Pilgub PBD

Ini merupakan ibu kota defenitif yang sesuai dengan amanat Undang-Undang (UU) pembentukan Kabupaten Tambrauw.

“Pada tahun 2015, akhirnya kami bangun Kantor Bupati Kabupaten Tambrauw dua lantai dan membangun dinas-dinas lainnya di Fef,” katanya.

Baca juga: VIRAL, Lambert Jitmau dan Aggiluli Salam Komando, Sinyal Berpasangan pada Pilkada Papua Barat Daya?

Tak hanya itu, dibawah kepemimpinannya sebagai Bupati, Pemda Tambrauw secara serius membangun pusat pemerintahan di Fef dengan pembangunan kantor, jalan penghubung, dan berbagai penginapan berupa rusun yang akan ditempati oleh para pegawai.

Lalu, dibangun juga Rumah Sakit Pratama, dan mendukung pembangunan Gereja Katolik dan GKI diberbagai daerah.

Termasuk pembangunan Masjid di Sausapor sebagai bentuk dan komitmen Pemda Tambrauw menjaga toleransi umat beragama di negeri penyu belimbing tersebut.

“Pada 6 Januari 2020, pemerintahan sementara yang ada di Sausapor resmi kita pindahkan ke Fef, sebagai daerah pemerintahan tetap sesuai UU. Meskipun, saat pindah warga dua kali menolak dengan demonstrasi, tetapi ini amanat UU, sehingga ibu kota tetap kita pindahkan ke Fef,” ujar Alumnus SD YPPK Santo Yoseph Senopi tahun 1977 ini.

Dima sa kepemimpinan Gabriel selama dua periode sebagai bupati, ia juga memberikan perhatian terhadap peningkatan sumber daya manusia (SDM) dengan menyediakan bantuan studi untuk mahasiswa yang hendak melanjutkan pendidikan S1, S2, bahkan S3.

Pelan tapi pasti, kini SDM Kabupaten Tambrauw terus mengalami peningkatan, sebab banyak mahasiswa dari berbagai kampung yang ada di Kabupaten Tambrauw berlomba-lomba untuk meraih gelar sarjana diberbagai kampus yang ada di Indonesia, termasuk di Papua.

“Kami punya asrama mahasiswa yang dibeli pemda di Jogjakarta, Malang, Manokwari. Selain itu, asrama mahasiswa yang kontrak diberbagai daerah seperti Makassar, Surabaya, dan Jayapura serta berbagai daerah lainnya. Ini komitmen kita membangun SDM Kabupaten Tambrauw,” pungkas dia. (tribunsorong.com/petrus bolly lamak)

Sumber: TribunSorong
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved