Pemilu 2024

Total Caleg Perempuan Lolos DPR RI, Kemunduran Ratu Wulla Pengaruhi Keterwakilan 30 Persen

Cita-cita untuk menempatkan keterwakilan perempuan paling sedikit 30 persen di DPR masih jauh dari kenyataan.

ISTIMEWA
Anggota Fraksi Nasdem DPR RI asal NTT, Ratu Wulla. Politisi Nasdem itu disebut mengundurkan diri setelah 'mengunci' satu kursi untuk DPR RI periode 2024-2029 dari Dapil NTT 2. 

Kemudian di Partai Keadilan Sejahtera sebanyak 9 orang (16,98 persen), Partai Amanat Nasional 9 orang (18,75 persen), serta Partai Demokrat 9 orang (20,45 persen).

Caleg perempuan yang berhasil mempertahankan kursi DPR antara lain Puan Maharani (PDI-P), Nurul Arifin (Golkar), dan Desy Ratnasari (PAN).

Baca juga: Pengamat: Kebersamaan Anis dan NasDem Pupus Usai Prabowo Subianto-Surya Paloh Mesra

Tetapi, sebagian lain yang vokal menyuarakan kepentingan rakyat di parlemen justru terlempar, seperti Ribka Tjiptaning Proletariyati (PDI-P), Christina Aryani (Golkar), dan Luluk Nur Hamidah (PKB).

Sejumlah nama baru juga diperkirakan akan mengisi kursi DPR. Mereka, di antaranya, adalah putri Ketua DPR Puan Maharani, Diah Pikatan Orissa Putri Hapsari (PDI-P); putri Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, serta istri mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Atalia Praratya (Golkar).

Selain itu, sejumlah pesohor juga diperkirakan lolos, antara lain Melly Goeslaw (Gerindra) dan Nafa Urbach (Nasdem).

Namun, dari hasil simulasi diperkirakan, tidak ada satu pun caleg perempuan yang terpilih di 15 dapil atau 17,85 persen dari total 84 dapil DPR yang ada. Dapil itu di antaranya Aceh I dan II; Jambi; Kepulauan Riau; Jawa Tengah I dan X, serta Jawa Timur II, IV, dan V.

Selanjutnya adalah dapil Kalimantan Selatan I; Gorontalo; serta Papua, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.

Sementara itu, dari hasil simulasi juga diperkirakan empat kursi yang diperebutkan di dapil Bengkulu semuanya berhasil diduduki oleh caleg perempuan.

Caleg Golkar yang maju dari dapil Jabar I, Nurul Arifin, mengungkapkan, perilaku pemilih mengalami perubahan dalam beberapa pemilu terakhir.

Baca juga: Daftar 35 Calon Anggota DPRD Provinsi Papua Barat Daya, Golkar Kursi Terbanyak, PDIP-Demokrat Susul

Pada awal implementasi sistem pemilu proporsional daftar terbuka pada 2009, pemilih cenderung mudah didekati melalui kerja-kerja advokasi dan turun ke lapangan.

Namun, belakangan, pemilih makin permisif dengan politik uang karena mereka menganggap suaranya harus dikompensasi dengan materi.

Akibatnya, caleg-caleg harus berinovasi dalam memengaruhi pilihan pemilih. 

Caleg perempuan yang tidak kuat modal finansial dan modal sosial akhirnya tersisih oleh caleg yang punya modal kuat.

Padahal, caleg perempuan yang memulai karier politik dari nol sering kali tidak punya modal finansial yang kuat.

”Saya pun akhirnya juga harus makan tabungan, bahkan defisit, karena harus lebih sering turun ke pemilih. Tanpa kedekatan yang kuat dengan konstituen, pemilih akan lebih mengutamakan caleg yang memberikan uang,” katanya saat dihubungi, Selasa (26/3/2024).

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved