Migas
Jurus Jitu PT Pertamina Hulu Energi Hadapi Era Energi Transisi
Menurutnya, saat ini industri hulu migas harus bisa menjawab peluang dengan menjalankan green operation sebagai bagian dari green strategy perusahaan.
TRIBUNSORONG.COM, BANDUNG - Corporate Secretary PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Arya Dwi Paramita mengatakan, PHE sebagai Subholding Upstream Pertamina siap menghadapi era energi transisi melalui strategi dekarbonisasi secara berkelanjutan.
Menurutnya, saat ini industri hulu migas harus bisa menjawab peluang dengan menjalankan green operation sebagai bagian dari green strategy perusahaan.
"PHE mempunyai strategi energi transisi berupa gas transition, decarbonization, serta potential new business carbon capture storage (CCS) dan carbon capture utilization & storage (CCUS)," kata Arya dalam Media Gathering Pertamina EP Cepu di Bandung, Jawa Barat, Senin (3/6/2024).
Baca juga: 3 Strategi Unggulan SHU Pertamina Regional 4 Operasikan Migas di Wilayah Indonesia Timur
Baca juga: SKK Migas-Pertamina EP Syukuran Pengeboran Sumur BMR-001 di Kabupaten Sorong, Penantian Sejak 2021
Ia mejelaskan, tantangan yang dihadapi oleh industri hulu migas saat ini adalah ketahanan energi nasional di mana permintaan akan kebutuhan energi fosil diperkirakan akan terus meningkat hingga 2050 walaupun terdapat perubahan komposisi bauran energi.
Adanya peningkatan persentase penggunaan gas sebagai energi fosil yang bersih, menunjukkan bahwa gas sebagai energi transisi berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri.
Baca juga: Eksplorasi Kunci Keberlanjutan Pasokan Energi, PHE Geber Akselerasi di Domestik dan Luar Negeri
Baca juga: Sorong Selatan Masuk Titik Survei Seismik Migas, PT TGS Geophysical Indonesia Gelar Sosialisasi
Menjawab kebutuhan energi transisi, Pertamina menjalankan berbagai proyek dalam mengembangkan gas, satu di antaranya Jambaran- Tiung Biru (JTB) di wilayah kerja Zona 12 Regional Indonesia Timur.
"Saat ini JTB berhasil mencatat capaian produksi full capacity 192 MMSCFD (juta standar kaki kubik per hari) dengan stabil untuk jangka waktu yang panjang," ucap Arya.
Sejalan dengan hal tersebut, Arya juga menjelaskan pencapaian PHE sepanjang tahun 2023.
PHE berhasil mencatatkan produksi minyak sebesar 566 ribu barel per hari (MBOPD) dan produksi gas 2.766 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) sehingga produksi migas sebesar 1.044 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD).
Baca juga: Dorong Terus Eksekusi Proyek LNG Abadi, SKK Migas-KKKS INPEX Masela Ltd Gelar Fokus Grup Diskusi
Baca juga: PHE Catatkan Kinerja Moncer pada 2023, Produksi dan Eksplorasi Migas Over Target
Angka capaian ini juga mencatatkan peningkatan produksi gas sebesar 5,40 persen dari tahun 2022.
"Seluruh pencapaian tersebut didukung dari seluruh entitas afiliasi PHE yaitu regional Sumatera, regional Jawa, regional Kalimantan, regional Indonesia Timur, regional Internasional, Elnusa, Badak LNG, dan Pertamina Drilling Service Indonesia," kata Arya.
Di kesempatan yang sama, Kepala Departemen Komunikasi SKK Migas Nyimas Fauziah Rikani mengatakan, industri hulu migas mempunyai peran yang penting sebagai sumber penerimaan negara.
"Kami mempunyai strategi utama untuk mencapai target produksi nasional 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada tahun 2033," kata Nyimas Rikani.
Baca juga: Dosen ITB Ulas Tata Kelola Pangan dan Energi di Indonesia kepada Mahasiswa UNIMUDA Sorong
Baca juga: Direktur Eksplorasi Pertamina Hulu Energi Sebut Ketahanan Energi Nasional Butuh Peran Media
Catatan kinerja PHE lainnya, yaitu penyelesaian pengeboran 20 sumur eksplorasi, 799 sumur pengembangan, 837 workover dan 32.624 well services.
Selain itu, PHE juga mencatatkan survei Seismik 3D sepanjang 1.512 kilometer persegi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.