Stunting Papua Barat Daya
Kokoda dan Kokoda Utara Sorong Selatan Fokus Intervensi Stunting, Program Jangka Pendek Jatah Dinkes
Menurutnya, angka penurunan stunting cukup signifikan meski demikian harus terus bekerja keras menuntaskannya, sebab anak-anak merupakan generasi emas
Penulis: Desianus Watho | Editor: Jariyanto
TRIBUNSORONG.COM, TEMINABUAN - Wilayah Kokoda dan Kokoda Utara menjadi fokus penanganan stunting oleh Pemerintah Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat Daya.
Kepala Seksi (kasi) Kesehatan Ibu dan Anak, Dinas Kesehatan (Dinkes) Sorong Selatan Anita Ariance Howay menjelaskan, di Kokoda semula jumlah kasusnya tercatat 318 orang.
“Setelah dinkes dan lintas sektor di distrik melaksanakan penanganan, kasus stunting turun menjadi 98 orang pada 2024,” ujarnya kepada TribunSorong.com di Teminabuan, Senin (3/6/2024).
Baca juga: 8 Aksi Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting, Pemkab Sorong Selatan Kerja Keras Kejar Target 18
Baca juga: Ratusan PPPK Guru-Nakes Terima SK, Bupati Samsudin Anggiluli Tekan Kasus Stunting dan Putus Sekolah
Menurutnya, angka penurunan stunting cukup signifikan meski demikian harus terus bekerja keras menuntaskannya, sebab anak-anak merupakan generasi emas masa depan.
Anita menyebut, upaya penanganan di antaranya koordinasi konvergensi, pemberian makan bayi dan anak (PMBA), melatih kader dan PKK distrik, hingga tindak lanjut pemberian makanan tambahan kepada anak-anak yang stunting dan juga ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan 1.000 hari pertama kehidupan.
Baca juga: Sekda Sorong Selatan: Stunting dan Kemiskinan Ekstrim jadi Fokus Musrembang RKPD 2024
Baca juga: Berkat Kolaborasi Pemprov dan TP PKK, Angka Stunting Papua Barat Daya Turun 17 Persen
Ia pun menyampaikan terima kasih kepada pemerintah pusat dan daerah dalam memberikan sumbangsih melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Nonfisik, Otsus, dan Dana Alokasi Umum (DAU) buat mendukung penanganan stunting di Sorong Selatan.
Menurut Anita, Dinkes Sorong Selayam masih mengalami kendala penanganan stunting.
“Kita tidak bisa lihat dari 30 persen intervensi spesifik yang dilakukan, tetapi harus didukung dari 70 persen intervensi sensitif dari perangkat daerah terkait. Dinkes hanya mengintervensi jangka pendek sehingga butuh keterlibatan perangkat daerah terkait dalam intervensi jangka panjangnya," katanya.
Anita menambahkan, kondisi geografi Sorong Selatan yang luas sehingga butuh dukungan anggaran itu juga menjadi prioritas dalam menuntaskan stunting.
Angka terus menurun
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sorong Selatan, Papua Barat Daya fokus pada persoalan stunting dan kemiskinan ekstrem.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Bappeda Santos Wifredo Baay mengatakan, program penanganan dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Sorong Selatan 2025.
“Data prevalensi stunting itu ada dua alat ukur, yaitu Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) dan Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM),” ujarnya kepada TribunSorong.com, Senin (3/6/2024).
Baca juga: 39.258 Kepala Keluarga di Papua Barat Daya Alami Kemiskinan Ekstrem, Data Maret 2024
Baca juga: Road Show Tekan Stunting dan Kemiskinan Ekstrem ke Sorong Selatan, Pemprov Salurkan Berbagi Bantuan
Ia menjelaskan, sejak 2021 sampai saat ini, kasus stunting di Sorong Selatan cenderung menurun.
Data SSGI, pada 2021 tercatat berada di 39,4 persen lalu turun menjadi 36,7 persen pada 2022, selanjutnya di angka 31,3 persen pada 2023.
Pemkab Sorong Targetkan Angka Stunting Turun 14 Persen di 2024 |
![]() |
---|
Bapperida Gelar Penilaian Aksi Konvergensi Penurunan Angka Stunting di Papua Barat Daya |
![]() |
---|
Stunting dan Kemiskinan Ekstrem Jadi Isu Krusial di Maybrat, Pj Bupati Minta BPS Validasi Data |
![]() |
---|
Stunting di Tambrauw Masih Tinggi, Target Penurunan Butuh Peran TP PKK dan Semua Pihak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.