Sumber Daya Manusia Papua Barat Daya

SLB di Raja Ampat Jadi Pilot Project, Disdikbud Papua Barat Daya Perluas Layanan ke Kabupaten Lain 

Kepala Disddikbud Papua Barat Daya, Adolof Kambuaya, mengatakan SLB di Raja Ampat sudah memulai proses belajar mengajar.

TRIBUNSORONG.COM/TAUFIK NUHUYANAN
DUKUNGAN PEMPROV - Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Papua Barat Daya Adolof Kambuaya mengatakan, biaya keberangkatan dan akomodasi peserta ditanggung pemprov. 

TRIBUNSORONG.COM, SORONG - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Papua Barat Daya berkomitmen meningkatkan layanan pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Raja Ampat. 

Kini Raja Ampat sudah punya Sekolah Luar Biasa (SLB), diresmikan Gubernur Papua Barat Daya Elisa Kambu, pada (9/5/2025).

Baca juga: Prakiraan Cuaca Papua Barat Daya Selasa 12 Agustus 2025, Sebagian Wilayah Hujan Ringan

Peresmian bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Raja Ampat.

Kepala Disddikbud Papua Barat Daya, Adolof Kambuaya, mengatakan SLB di Raja Ampat sudah memulai proses belajar mengajar.

Baca juga: Gubernur Papua Barat Daya Elisa Kambu dan Istri Belanja Dagangan Mama Papua di Pameran UMKM

Jumlah siswa 17 orang, dibimbing enam guru khusus latar belakang pendidikan SLB

“Mereka mengajar sesuai disiplin ilmunya,” ujar Adolof kepada TribunSorong.com, Senin (11/8/2025).

Pria asal Maybrat itu bilang, kehadiran SLB di Raja Ampat dapat menampung ABK dari berbagai pulau di sekitar Raja Ampat seperti Salawati, Batanta, hingga Misol. 

Pihaknya menyiapkan fasilitas tempat tinggal bagi siswa-siswi berasal dari luar Wasai agar mereka dapat bersekolah dengan nyaman.

Baca juga: Batalyon B Pelopor Satbrimob Polda Papua Barat Daya Hadir di Maybrat, Bupati Ungkap Peran Strategis

Dinas bersama tim dari Jakarta telah survei untuk penambahan sarana dan prasarana di SLB tersebut.

“Kami ingin anak-anak ABK di wilayah ini mendapatkan pendidikan layak dan terjangkau,” katanya. 

Baca juga: Jumlah OAP dan Non-OAP Per Daerah se-Papua Barat Daya, Data Januari-Juni 2025

Ke depan, pihaknya akan memperluas jangkauan  kajian di kabupaten lain seperti Maybrat, Sorong Selatan, dan Tambrauw.

Adolof bilang, pendirian SLB di suatu daerah memerlukan perencanaan matang, termasuk ketersediaan siswa berkelanjutan. 

“Jangan sampai tahun pertama ada siswa, tapi tahun kedua tidak ada. Karena itu, kami melakukan survei dulu,” katanya.

Lebih lanjut, ia menyoroti pentingnya kemampuan guru SLB dalam mengidentifikasi jenis kebutuhan khusus, seperti autisme, gangguan pendengaran, maupun penglihatan. 

“Data akurat menjadi kunci pengembangan SLB di masa depan,” katanya. (tribunsorong.com/taufik nuhuyanan)

Sumber: TribunSorong
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved