Eksploitasi Anak

Eksploitasi Anak Diduga Terjadi di Sorong, Polisi dan Komnas Anak Bilang Semua Harus 'Buka Mata'

Penulis: Safwan
Editor: Ilma De Sabrini
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah anak di Kota Sorong, Papua Barat Daya, membawa kotak amal saat jam sekolah di Pelabuhan Umum Sorong dan Jalan Basuki Rahmat, Kamis (14/12/2023)

Kondisi itu pun menuai banyak kecaman dari sejumlah pihak termasuk Aktivis Perempuan Papua Dian Wasaraka.

Sejumlah anak di Kota Sorong, Papua Barat Daya, membawa kotak amal saat jam sekolah di Pelabuhan Umum Sorong dan Jalan Basuki Rahmat, Kamis (14/12/2023) (TRIBUNSORONG.COM/SAFWAN ASHARI)

Baca juga: Bocah Asal Misool Tak Punya Anus, Komnas Anak Soroti Fasilitas Kesehatan di Geopart Raja Ampat

Dian melihat, praktik eksploitasi anak dengan modus jaga parkiran dan minta sumbangan telah melanggar 10 hak anak termasuk mendapatkan pendidikan.

"Saya yakin anak-anak yang dipekerjakan jaga parkiran dan bawa kotak amal di Kota Sorong pasti ada mafia (orang dewasa) di belakang mereka," ujar Dian kepada TribunSorong.com, Minggu (10/12/2023).

Ia berujar, praktik semacam ini perlu ada kepekaan dari semua pihak di Kota Sorong agar segera melawan secara bersama-sama.

Tak hanya itu, kata dia, perlawanan terhadap praktik eksploitasi anak di daerah ini membutuhkan ketegasan pihak polisi dalam bertindak.

"Saya sering bertemu dengan mereka (anak) dan saat berkomunikasi lebih jauh dengannya, ternyata ada yang dalam kondisi kelaparan," ujarnya.

Baca juga: Kronologi Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait Meninggal di RS Polri, Sosok Ini Ungkap Kebaikannya

Dian mengaku, kasus yang sama dijumpai di sejumlah titik Sorong dan anak yang dipekerjakan berjumlah lebih dari 10 orang.

Lebih lanjut kata Dian, separuh dari anak-anak tersebut mengaku hanya bisa pulang dan makan jika sudah selesai bekerja.

"Anak korban eksploitasi di Sorong ini ada yang disuruh berjalan dari pagi dan kadang pulangnya sudah malam," katanya.

Anak yang disuruh membawa kotak amal biasanya disuruh berjalan kaki berkilo-kilo meter di Sorong dan tak diberi makan.

Ia merasa perihatin pada anak tersebut, sebab ada yang menjadi korban kekerasan dan takut kepada orang di belakangnya.

"Sangat disayangkan rata-rata anak yang dipekerjakan dengan modus tersebut juga merupakan orang asli Papua," ucap Dian.

Ia berharap, kasus semacam ini harusnya dilakukan advokasi secara menyeluruh, sehingga anak tersebut bisa mendapatkan haknya bersekolah dengan nyaman.

Baca juga: Aktivis Perempuan Desak Polisi Bongkar Kasus Eksploitasi Anak di AS Karaoke Sorong

Mendengar hal itu, Kepala Kementerian Agama Kota Sorong Rofiul Amri mengaku pernah menemui anak pembawa kotak amal di sejumlah titik di wilayah Sorong.

"Saya sudah sampaikan,l kalau eksploitasi anak agar kepentingan bangun tempat ibadah sebetulnya tidak boleh," tegasnya.

Halaman
123