HIV AIDS di Sorong
HIV di Kota Sorong Capai 4.202 Kasus sejak 2004-2025, Berikut Rincian Distribusinya
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sorong, Papua Barat Daya mencatat jumlah kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) terus meningkat.
Penulis: Ismail Saleh | Editor: Jariyanto
TRIBUNSORONG.COM, SORONG - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sorong, Papua Barat Daya mencatat jumlah kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) terus meningkat.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dinkes Kota Sorong Jenny Isir mengatakan, data dihitung sejak layanan pemeriksaan HIV mulai berjalan di Sorong pada tahun 2004 hingga 2025.
"Data HIV kami kumulatifkan sejak layanan tes HIV pertama kali dibuka. Sampai Agustus 2025, jumlah kasus positif mencapai 4.202 orang," katanya kepada TribunSorong.com, Sabtu (15/11/2025).
Baca juga: KPA dan Dinkes Kota Sorong Gelar Workshop PrEP Bagi Petugas Fasyankes dan Komunitas
Jenny menjelaskan, distribusi kasus berdasarkan jenis kelamin relatif berimbang antara laki-laki dan perempuan.
Pada kasus HIV, jumlah perempuan tercatat sedikit lebih tinggi, sedangkan AIDS, laki-laki lebih mendominasi.
Dari sisi usia, kasus paling banyak berada pada kelompok 20-29 tahun dan 30-39 tahun, yang merupakan usia produktif.
Baca juga: Puncak HKN 2025, Dinkes Kota Sorong Beri Penghargaan untuk Nakes, Kader Posyandu, dan Pemenang Lomba
Jika dilihat dari tingkat pendidikan, lulusan SMA menjadi kelompok dengan jumlah kasus tertinggi, disusul lulusan SMP, perguruan tinggi, dan SD.
"Mereka yang tidak sekolah justru jumlah kasusnya lebih rendah," kata Jenny.
Pada status perkawinan, kelompok menikah menjadi yang tertinggi dibandingkan belum menikah maupun bercerai.
Pada data 2025 sampai Agustus, tercatat 23 ibu hamil positif HIV.
"Makanya kami jalankan program MTCT (Mother to Child Transmission) untuk mencegah penularan dari ibu ke bayi," ujar Jenny.
Ia menegaskan, jika ibu hamil terdeteksi dini dan langsung mendapat pengobatan, potensi penularan ke bayi bisa dicegah.
Jka baru terdeteksi pada usia kehamilan 4-6 bulan ke atas, penanganannya lebih sulit dan salah satu solusinya adalah melalui operasi sesar.
Baca juga: Penanganan HIV di Papua Barat Daya Tak Selamanya Didanai Asing, Keberlanjutan Butuh Kolaborasi
Di Papua, faktor risiko terbesar masih berasal dari hubungan seksual heteroseksual.
Jenny mengingatkan tren kasus pada kelompok LSL (laki-laki seks dengan laki-laki) juga mulai meningkat, terutama pada laki-laki muda.
Untuk tahun berjalan, Januari-Agustus 2025 tercatat 222 kasus baru.
Angka ini telah melampaui total kasus baru sepanjang 2024 yang berjumlah 215 kasus.
Baca juga: HIV Mengintai Usia Muda di Kota Sorong: Ada Kasus Bawah 20 Tahun Terinfeksi
Jenny menambahkan, sebagian besar pasien datang tes secara mandiri setelah merasakan gejala atau mengetahui dirinya pernah kontak dengan kelompok berisiko.
Ia mengakui penjangkauan kepada WPS (wanita pekerja seks) jalanan menjadi salah satu kendala terbesar.
“Kalau WPS di lokalisasi, itu rutin kami lakukan pemeriksaan. Yang sulit adalah WPS jalanan. Mereka berpindah-pindah, sulit ditemui. Kadang ketemu satu dua, itu pun belum tentu mau diperiksa,” katanya.
Baca juga: Lonjakan Kasus HIV/AIDS di Papua Tengah Tembus 22.000, Wakil Gubernur Serukan Aksi Serius
Selain itu, aktivitas transaksi seksual kini banyak bergeser ke kos-kosan (mi-chat), yang menurutnya semakin sulit diawasi.
Untuk mendukung penjangkauan, Dinkes Sorong bekerja sama dengan komunitas LSM dan tim lapangan untuk menjangkau populasi kunci, termasuk WPS, pijat tradisional, dan lokasi rawan lainnya.
Tanggung jawab bersama
Lebih lanjut Jenny mengatakan, penanggulangan HIV bukan hanya tugas sektor kesehatan.
"Ini tanggung jawab kita semua, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh perempuan, pemerintah daerah, sampai RT/RW," katanya.
Baca juga: Upaya dan Strategi Penanggulangan Penyakit AIDS, TBC, dan Malaria di Papua Barat Daya
Jenny mengajak masyarakat untuk rutin melakukan pemeriksaan, tidak takut mengetahui status, dan segera mengakses pengobatan yang telah tersedia secara gratis.
Selain itu berharap pengawasan lingkungan, terutama di area kos-kosan, dapat diperkuat.
"Kalau ada kos-kosan yang terlihat ramai, sering kumpul-kumpul, itu harus segera dicek. Kita semua harus berperan menjaga lingkungan," ujar Jenny. (tribunsorong.com/ismail saleh)
| Respons Wakil Wali Kota Sorong Usai Kejati Papua Barat Tetapkan 3 Tersangka Kasus ATK BPKAD |
|
|---|
| Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Susun DED, Konsultan Ungkap Masalah Krusial Drainase Kota Sorong |
|
|---|
| Telkom Witel Papua Barat Dorong UMKM Digital di Kota Sorong lewat “MANIS by Indibiz” |
|
|---|
| Penyusunan DED Drainase Kota Sorong Dimulai: Acuan Penanganan Persoalan Banjir dan Genangan |
|
|---|
| Layanan Kesehatan Gratis di Lobi Kantor Wali Kota Sorong: Konsultasi Dokter, Skrining hingga Cek Lab |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/sorong/foto/bank/originals/20251116_kabid-p2p-dinkes-kota-sorong-jenny.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.