OPINI

Kenali Gangguan Obsesif Kompulsif alias OCD

Selain itu adanya kompulsi, yakni orang tersebut terdorong melakukan suatu tindakan berulang sebagai respons terhadap obsesi yang ada di pikirannya.

|
Editor: Jariyanto
ISTIMEWA
dr Allysa Desita Maghdalena Parinussa. 

Mengutip dari The Descriptive Epidemiology of Obsessive Compulsive Disorder tahun 2006, prevalensi OCD sebesar 2-3 persen.

Baca juga: Tingkatkan Skill Pasang Alat Kontrasepsi, BKKBN Papua Barat Gelar Pelatihan bagi Bidan dan Dokter

Berdasarkan sosiodemografi, OCD lebih sering terjadi pada perempuan dibanding laki-laki dan bisa terjadi pada semua kalangan sosial ekonomi, serta di negara-negara dengan penghasilan rendah sampai tinggi.

OCD biasanya terjadi pada individu berusia 18-29 tahun, namun beberapa serangan terjadi pada individu yang berusia lebih dari 30 tahun.

Orang dengan OCD bisa memiliki diagnosis yang tumpang tindih dengan diagnosis gangguan kejiwaan lainnya.

Baca juga: Papua Barat-PBD Kekurangan Dokter Spesialis Penyakit Dalam, PAPDI: Pasien Selalu Rujuk Keluar Daerah

Antara lain gangguan kecemasan, depresi, gangguan kontrol terhadap implus, sehingga menyebabkan kualitas hidup orang dengan OCD menurun secara signifikan di semua domain kehidupan (seperti pekerjaan, keluarga, kehidupan sosial).

Hal ini juga akan berdampak pada lingkungan sekitarnya, yaitu penurunan kualitas hidup dari pengasuh atau keluarga orang dengan OCD tersebut.

Berdasarkan penelitian kualitas hidup orang dengan OCD mirip dengan kualitas hidup orang dengan skizofrenia.

Baca juga: Mengenal Penyakit Sifilis, Apa Penyebab dan Gejalanya? Ketahui Juga Cara Mengobati IMS Raja Singa

Hasil penelitian tentang mortalitas orang dengan OCD di Denmark, menyebutkan, OCD dengan gejala klinis yang berat, memiliki gangguan paling besar dalam domain hubungan dan fungsi sosial.

Oleh sebab itu, jika di sekitar Anda mungkin ada orang yang memiliki gejala OCD atau mungkin gejala tersebut anda sendiri rasakan, sebaiknya segera konsultasikan dengan tenaga professional.

Pemberian terapi dengan obat atau psikoterapi telah terbukti dapat mengatasi gejala-gejala tersebut dan meningkatkan kualitas hidup pada orang dengan OCD. (tribunsorong.com)

*) Dokter di Puskesmas Sorong Timur, Kota Sorong, Papua Barat Daya

 

Sumber: TribunSorong
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved