Buku Polisi OAP
Peluncuran Buku “Polisi OAP” Jembatan Baru Bangun Kepercayaan dan Mitigasi Konflik di Papua
Polisi Orang Asli Papua (OAP) dinilai memiliki peran strategis dalam membangun kepercayaan dan meredam konflik di Papua.
TRIBUNSORONG.COM - Polisi Orang Asli Papua (OAP) dinilai memiliki peran strategis dalam membangun kepercayaan dan meredam konflik di Papua.
Hal ini disampaikan Ketua Ikatan Alumni STISIPOL Silas Papare Jayapura Frits B Ramandey dalam peluncuran buku "Polisi OAP: Sebuah Jembatan Baru Merebut Kepercayaan Orang Papua dan Memitigasi Konflik", di Kampus STISIPOL Silas Papare, Selasa (20/5/2025).
Baca juga: Sejarah Hari Buku Nasional, Lengkap Kumpulan Ucapan dan Twibbon yang Bisa Dibagi di Medsos
Frits menekankan, pentingnya kehadiran polisi OAP di wilayah rawan konflik.
“Polisi OAP bukan hanya penegak hukum, tetapi agen komunikasi yang mampu memahami budaya dan bahasa lokal. Mereka lebih efektif dalam membangun hubungan antara masyarakat dan negara,” ujarnya.
Baca juga: 2 Distrik di Teluk Wondama Ingin Pindah ke Mansel, Ketua MRPB: Ini Soal Kesejahteraan OAP
Buku yang ditulis oleh Frits B Ramandey, Melchior Weruin, dan Muhammad Herdikay ini terbagi dalam tiga bagian.
Di antaranya pandangan pimpinan Polri, suara masyarakat sipil, dan tokoh agama.
Kata sambutan ditulis langsung oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Baca juga: Alasan Tergugat Tak Hadiri Sidang Perdana Gugatan Hasil Seleksi DPRK Maybrat Jalur OAP
Buku ini diterbitkan oleh Lamalera, Yogyakarta.
Frits, yang juga Ketua Komnas HAM Papua menyatakan, Papua bukan daerah konflik, tapi rawan konflik.
Baca juga: Seleksi Calon Anggota DPRK Sorong Selatan Jalur OAP, Elemen WAMOKA Dukung Kandidat Perempuan Ini
Oleh karena itu, pendidikan konflik dan rekrutmen polisi OAP yang mampu berbahasa daerah menjadi sangat penting.
“Ke depan, polisi OAP di kampung-kampung tidak perlu berseragam atau membawa senjata. Mereka hadir sebagai pendidik dan agen damai,” ujarnya.
Dalam peluncuran buku ini, turut hadir Prof. Fredrick Sokoy sebagai pembicara utama.
Ia menyebut buku ini sebagai sajian empirik dan mudah dipahami, yang mengangkat pentingnya jembatan komunikasi yang selama ini terputus antara masyarakat dan aparat.
“Kita butuh pendekatan yang lebih humanis. Buku ini memberi inspirasi model rekrutmen polisi OAP sebagai perwakilan masyarakat yang memiliki kapasitas komunikasi yang baik,” tegas Fredrick, Guru Besar Universitas Cenderawasih.
Ia berharap rekrutmen ke depan tidak hanya fokus pada jumlah, tetapi juga pada kualitas polisi OAP harus mampu menyampaikan aspirasi masyarakat dengan bahasa dan pemahaman budaya lokal.
“Polisi adalah bagian dari masyarakat yang diberi tanggung jawab lebih dalam menjaga keamanan dan kepercayaan,” tutupnya. (*)
Detik-Detik Polres Merauke Tangkap Kurir Sabu yang Lama Buron, 2 Kali Sempat Lolos |
![]() |
---|
Pemanfaatan Media Sosial Jadi Strategi Baru PKK Papua Barat Daya dalam Edukasi Keluarga |
![]() |
---|
BPIP Gelar Sarasehan Nasional, Perkuat Ideologi Pancasila Hadapi Tantangan Global |
![]() |
---|
Biak Numfor Siapkan 3 Posyandu Terbaik untuk Lomba Tingkat Provinsi Papua |
![]() |
---|
Gas Mobil Bermasalah, Mitsubishi Triton Seruduk Pos Security dan Motor Parkir di Sorong |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.