Tambang vs Pariwisata di Raja Ampat
Jeritan Warga Manyaifun Raja Ampat Usai Tambang Ditutup, Kini Berharap Wisata Jadi Solusi
Sebanyak 60 Kepala Keluarga (KK) mendiami Kampung Manyaifun, Distrik Waigeo Barat Kepulauan, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya.
Penulis: Safwan | Editor: Petrus Bolly Lamak
TRIBUNSORONG.COM, WAISAI - Sebanyak 60 Kepala Keluarga (KK) mendiami Kampung Manyaifun, Distrik Waigeo Barat Kepulauan, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya.
Baca juga: Gubernur Papua Barat Daya Bicara Realita Warga Tambang Raja Ampat Pasca-IUP Dicabut
Kehidupan mereka kini menghadapi ketidakpastian setelah pencabutan Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Pulau Batang Pele.
Sejak IUP diberikan pada tahun 2013, banyak warga Manyaifun direkrut bekerja sebagai buruh tambang nikel di perusahaan PT Mulia Raimon Perkasa.
Baca juga: Kelly Kambu: Aktivitas Tambang di Raja Ampat Langgar UU
Namun, pencabutan izin baru-baru ini menyebabkan sekitar 50 warga kehilangan pekerjaan dan sumber pendapatan utama mereka.
“Sekitar 50-an orang warga terpaksa berhenti kerja pada PT Mulia Raimon Perkasa gara-gara izin dicabut kemarin,” ujar Natalia Mayor, seorang ibu rumah tangga di Kampung Manyaifun, saat ditemui TribunSorong.com, Minggu (16/6/2025).
Menurut Natalia, sejak perusahaan tambang beroperasi, meskipun masih dalam tahap eksplorasi, warga mendapatkan penghasilan harian sekitar Rp150 ribu, atau sekitar Rp3 juta per bulan.
Penghasilan tersebut membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk membiayai pendidikan anak-anak.
Baca juga: Belum Diakui sebagai Masyarakat Hukum Adat, Warga Kampung Gag Minta Pemetaan Wilayah di Raja Ampat
Kini, pasca-penutupan tambang, para mantan pekerja belum memiliki alternatif penghasilan tetap.
“Kami belum tahu nasib keluarga kami ke depan seperti apa, karena satu-satunya sumber pendapatan sudah tidak ada lagi,” keluh Natalia.
Baca juga: Gabungan Komisi DPRP Papua Barat Daya Serap Aspirasi ke Raja Ampat Pascapencabutan IUP Tambang Nikel
Tak hanya dari Kampung Manyaifun, PT Mulia Raimon Perkasa juga mempekerjakan warga dari kampung-kampung lain di Distrik Waigeo Barat Kepulauan.
Di tengah keterpurukan itu, sebagian warga memilih bertahan di sektor pariwisata.
Kampung Manyaifun dikenal memiliki keindahan alam yang menawan, menjadikannya salah satu destinasi wisata menarik di Raja Ampat.
Akuila Mambrasar (60) warga sekaligus pelaku usaha wisata di kampung tersebut, menyampaikan bahwa kehadiran perusahaan tambang sempat mengganggu ekosistem alam Manyaifun yang selama ini dijaga turun-temurun oleh masyarakat.
“Saya sudah 15 tahun jadi pemandu wisata dan punya homestay. Usaha ini hasilnya luar biasa,” kata Akuila.
Baca juga: Gabungan Komisi DPRP Papua Barat Daya Serap Aspirasi ke Raja Ampat Pascapencabutan IUP Tambang Nikel
Ia menjelaskan bahwa tradisi masyarakat Manyaifun sejak dulu adalah menjaga laut, memancing, dan berkebun.
Papua Barat Daya
Raja Ampat
tambang
Kampung Manyaifun
Pulau Batang Pele
Distrik Waigeo Barat Kepulauan
4 Izin Tambang Dicabut, Akademisi UNAMIN Sorong: Arah Masa Depan Raja Ampat Harus Jelas |
![]() |
---|
Ramai Tambang Nikel Raja Ampat, Begini Kondisi Arus Masuk Keluar Penumpang di Bandara DEO Sorong |
![]() |
---|
Kekayaan Fantastis Bupati Raja Ampat Orideko Iriano Burdam di Tengah Kontroversi Tambang |
![]() |
---|
Senator Papua Barat Daya Desak Bareskrim Audit CSR Tambang Nikel di Raja Ampat |
![]() |
---|
KPK Telusuri Praktik Korupsi di Balik Eksplorasi Tambang Nikel Raja Ampat, Dugaan Reinkarnasi IUP |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.