Tambang vs Pariwisata di Raja Ampat

Jeritan Warga Manyaifun Raja Ampat Usai Tambang Ditutup, Kini Berharap Wisata Jadi Solusi

Sebanyak 60 Kepala Keluarga (KK) mendiami Kampung Manyaifun, Distrik Waigeo Barat Kepulauan, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya. 

Penulis: Safwan | Editor: Petrus Bolly Lamak
TRIBUNSORONG.COM/SAFWAN ASHARI
WARGA MANYAIFUN - Kondisi warga di Kampung Manyaifun, Distrik Waigeo Barat Kepulauan, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, Minggu (15/6/2025).(tribunsorong.com/safwan ashari) 

TRIBUNSORONG.COM, WAISAI - Sebanyak 60 Kepala Keluarga (KK) mendiami Kampung Manyaifun, Distrik Waigeo Barat Kepulauan, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya. 

Baca juga: Gubernur Papua Barat Daya Bicara Realita Warga Tambang Raja Ampat Pasca-IUP Dicabut

Kehidupan mereka kini menghadapi ketidakpastian setelah pencabutan Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Pulau Batang Pele.

Sejak IUP diberikan pada tahun 2013, banyak warga Manyaifun direkrut bekerja sebagai buruh tambang nikel di perusahaan PT Mulia Raimon Perkasa. 

Baca juga: Kelly Kambu: Aktivitas Tambang di Raja Ampat Langgar UU

Namun, pencabutan izin baru-baru ini menyebabkan sekitar 50 warga kehilangan pekerjaan dan sumber pendapatan utama mereka.

“Sekitar 50-an orang warga terpaksa berhenti kerja pada PT Mulia Raimon Perkasa gara-gara izin dicabut kemarin,” ujar Natalia Mayor, seorang ibu rumah tangga di Kampung Manyaifun, saat ditemui TribunSorong.com, Minggu (16/6/2025).

Menurut Natalia, sejak perusahaan tambang beroperasi, meskipun masih dalam tahap eksplorasi, warga mendapatkan penghasilan harian sekitar Rp150 ribu, atau sekitar Rp3 juta per bulan. 

Penghasilan tersebut membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk membiayai pendidikan anak-anak.

Baca juga: Belum Diakui sebagai Masyarakat Hukum Adat, Warga Kampung Gag Minta Pemetaan Wilayah di Raja Ampat

Kini, pasca-penutupan tambang, para mantan pekerja belum memiliki alternatif penghasilan tetap.

“Kami belum tahu nasib keluarga kami ke depan seperti apa, karena satu-satunya sumber pendapatan sudah tidak ada lagi,” keluh Natalia.

Baca juga: Gabungan Komisi DPRP Papua Barat Daya Serap Aspirasi ke Raja Ampat Pascapencabutan IUP Tambang Nikel

Tak hanya dari Kampung Manyaifun, PT Mulia Raimon Perkasa juga mempekerjakan warga dari kampung-kampung lain di Distrik Waigeo Barat Kepulauan.

Di tengah keterpurukan itu, sebagian warga memilih bertahan di sektor pariwisata. 

Kampung Manyaifun dikenal memiliki keindahan alam yang menawan, menjadikannya salah satu destinasi wisata menarik di Raja Ampat.

Akuila Mambrasar (60) warga sekaligus pelaku usaha wisata di kampung tersebut, menyampaikan bahwa kehadiran perusahaan tambang sempat mengganggu ekosistem alam Manyaifun yang selama ini dijaga turun-temurun oleh masyarakat.

“Saya sudah 15 tahun jadi pemandu wisata dan punya homestay. Usaha ini hasilnya luar biasa,” kata Akuila.

Baca juga: Gabungan Komisi DPRP Papua Barat Daya Serap Aspirasi ke Raja Ampat Pascapencabutan IUP Tambang Nikel

Ia menjelaskan bahwa tradisi masyarakat Manyaifun sejak dulu adalah menjaga laut, memancing, dan berkebun. 

Halaman
12
Sumber: TribunSorong
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved