Stunting di Papua Barat Daya
Peran Sarjana Penggerak Penting dalam Menekan Stunting di Papua Barat Daya
Pelibatan Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI) penting dalam penanganan stunting dan peningkatan status gizi masyarakat.
Penulis: Taufik Nuhuyanan | Editor: Jariyanto
TRIBUNSORONG.COM, SORONG - Pelibatan Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI) penting dalam penanganan stunting dan peningkatan status gizi masyarakat.
Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, dan Perdagangan Papua Barat Daya Suardi Thamal.
Baca juga: Data Valid Terintegrasi jadi Kunci Intervensi Stunting, DP2KBP3A Kabupaten Sorong Perkuat Manajemen
Menurutnya, SPPI akan menjadi ujung tombak dalam penanganan stunting dan peningkatan status gizi masyarakat.
“Para SPPI menjadi harapan besar terhadap percepatan pemulihan gizi di Papua Barat Daya,” ujarnya dalam pembukaan pembekalan Calon Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Sorong, Sabtu (19/7/2025).
Baca juga: Peraturan Bupati Jadi Dasar Hukum Penanganan Stunting di Kabupaten Sorong
Suardi menyatakan, program ini bukan sekadar pelatihan, melainkan bagian dari strategi besar pemerintah dalam menciptakan generasi yang sehat dan kuat di Papua Barat Daya, terutama bagi balita, ibu hamil, dan ibu menyusui.
Kepala Regional Papua Barat Daya Badan Gizi Nasional (BGN) Elma Fitriani Polan mengatakan, pihaknya melaksanakan pembekalan dan pelatihan bagi 57 calon SPPG lulusan program SPPI yang akan ditempatkan di seluruh dapur sehat di Papua Barat Daya.
“Tambahan 57 calon dari gelombang ketiga ini, kami berharap kapasitas pelayanan gizi dapat semakin optimal,” kata Elma.
Saat ini, Program MBG telah menjangkau sekitar 27.929 jiwa, terdiri dari 26.827 siswa dari jenjang TK hingga SMA, serta 1.102 ibu hamil, ibu menyusui, dan balita.
BGN menargetkan MBG dapat menjangkau hingga 119.203 jiwa di seluruh wilayah Papua Barat Daya.
Baca juga: Input Data Stunting di Sorong Kini Wajib Melalui Web Stunting, Admin Harus Paham Alur
Berdasarkan data elektronik e-PPGBM Triwulan I Tahun 2025, dari 10.802 balita yang menjadi sasaran pengukuran di Kota Sorong, sebanyak 4.671 anak telah ditimbang dan diukur.
Hasilnya, tercatat 388 kasus stunting dengan prevalensi 8,31 persen, menunjukkan penurunan signifikan dari data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2025 yang mencatat prevalensi stunting di Papua Barat Daya masih sebesar 31,0 persen.
Baca juga: Kasus Stunting Kota Sorong Turun pada Triwulan I/2025, Berikut Data Prevalensi di 10 Distrik
Distribusi kasus stunting di Kota Sorong bervariasi, dalam hal ini Distrik Sorong Barat mencatat prevalensi tertinggi 15,05 persen, disusul Sorong Kepulauan 13,80 persen, sementara Distrik Sorong Timur memiliki angka terendah 2,29 persen.
Distrik Sorong menjadi wilayah dengan jumlah kasus terbanyak, yakni 82 balita stunting. (tribunsorong.com/taufik nuhuyanan)
Pemkab Maybrat Siapkan 4 Titik Dapur Sehat Dukung Program Makan Bergizi Gratis |
![]() |
---|
Pemkot Sorong Operasikan Lima Titik Layanan Gizi bagi Anak Sekolah, Ini Sebarannya |
![]() |
---|
Pelantikan Pengurus TP PKK Sorong Selatan, Bupati Petronela Minta Ajak Kolaborasi Tekan Stunting |
![]() |
---|
Penjelasan SPPG Klamalu Kabupaten Sorong soal Program MBG Setop Sementara |
![]() |
---|
Daun Kelor Disulap Jadi Es Krim dan Nugget: Inovasi Gizi untuk Anak Papua Barat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.