Tambang vs Pariwisata di Raja Ampat

Cucu Bupati Pertama Raja Ampat Tegas Tolak Tambang Nikel: "Ini Tentang Masa Depan Kami"

Whitney Lutrisya Kezia Wanma cucu dari Markus Wanma Bupati Pertama Raja Ampat tegas menolak tambang nikel.

Penulis: Ismail Saleh | Editor: Petrus Bolly Lamak
Dok. Istimewa
CUCU BUPATI TOLAK TAMBANG - Kolose foto Whitney Lutrisya Kezia Wanma cucu dari Markus Wanma Bupati Pertama Raja Ampat dan ilustrasi tambang, Kamis (5/6/2025). Whitney dengan lantang menolak tambang di wilayah Raja Ampat. 

TRIBUNSORONG.COM, SORONG - Keindahan alam Raja Ampat, Papua Barat Daya yang dikenal sebagai surga terakhir di Bumi dan kini berstatus UNESCO Global Geopark mulai terancam akibat aktivitas tambang nikel.

Empat perusahaan tambang telah mengantongi izin operasi di wilayah ini, termasuk Pulau Gag, Kawe, Manyaifun, dan Manuran. Warga setempat mulai merasakan dampaknya.

Baca juga: Kesaksian Warga Manyaifun soal Dampak Lingkungan Tambang Nikel Raja Ampat

Ronisel Mambrasar (33) warga Manyaifun menyampaikan, kekhawatiran atas kerusakan lingkungan akibat konsesi tambang nikel seluas 21.000 hektare.

Menurutnya, kawasan hutan yang dulunya hijau kini gundul, dan laut yang jernih mulai berubah coklat karena limbah tambang.

"Pulau Gag dan Kawe yang jadi rumah bagi 1.511 spesies ikan kini rusak akibat sedimentasi dari sisa tambang," ungkap Ronisel, Rabu (4/6/2025).

Ia juga menyoroti pembukaan lahan di Manyaifun untuk fasilitas tambang yang berpotensi menimbulkan kerusakan serupa.

Bupati Raja Ampat Orideko Iriano Burdam menegaskan, akan mengevaluasi seluruh izin tambang yang telah diterbitkan.

Baca juga: GMM Ancam Tutup Paksa Tambang Ilegal di Raja Ampat Papua Barat Daya

Ia menyadari pentingnya menjaga kelestarian alam demi mempertahankan status Global Geopark dari UNESCO.

“Warga sudah protes soal tambang. Kami akan awasi dan pastikan izin tambang tidak merusak lingkungan maupun hak masyarakat adat,” ujar Orideko (28/5/2025).

Ia menambahkan, evaluasi menyasar kawasan konservasi dan wilayah adat agar tidak terdampak buruk oleh aktivitas tambang.

Baca juga: Dilema Konsesi Tambang dan Keberlanjutan UNESCO Global Geopark Raja Ampat

Data Greenpeace dan Ancaman Ekologis

Greenpeace Indonesia melaporkan eksploitasi nikel di Pulau Gag, Kawe, dan Manuran telah merusak lebih dari 500 hektare hutan.

Dampaknya meliputi limpasan tanah yang mengancam terumbu karang dan ekosistem laut.

Selain itu, Pulau Batang Pele dan Manyaifun yang hanya berjarak 30 km dari ikon wisata Piaynemo, juga terancam tambang nikel.

Raja Ampat adalah rumah bagi 75 persen spesies karang dunia, lebih dari 2.500 spesies ikan, 47 spesies mamalia, dan 274 spesies burung.

Baca juga: Wagub Papua Barat Soroti Tambang Ilegal, Langkah Penertiban Segera Ditempuh

Kekayaan ini membuatnya mendapat pengakuan sebagai kawasan geopark global oleh UNESCO.

Kini, masyarakat dan pemerintah daerah dihadapkan pada dilema memilih keuntungan ekonomi dari tambang atau mempertahankan kelestarian alam dan status internasional sebagai Global Geopark.

Cucu Eks Bupati Raja Ampat Tolak Tambang

Penolakan terhadap rencana tambang nikel di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya terus bergulir. 

Kali ini, suara lantang datang dari generasi muda Whitney Lutrisya Kezia Wanma cucu dari Markus Wanma Bupati Pertama Raja Ampat yang dikenal sebagai Bapak Pembangunan daerah tersebut.

Whitney yang juga menyandang gelar Miss Teenager Intelegensia Indonesia secara tegas menyatakan sikapnya menolak keberadaan tambang nikel di wilayah konservasi dunia tersebut.

“Saya sebagai putri asli Raja Ampat, menolak penuh adanya tambang nikel. Ini bukan hanya tentang tanah, tapi tentang masa depan, tentang kehidupan masyarakat yang sebagian besar adalah nelayan,” ujarnya kepada TribunSorong.com, Rabu (4/6/2025).

Baca juga: Aktivitas Tambang di Kawasan Konservasi Raja Ampat? Begini Kata Gubernur Papua Barat Daya

Whitney menyoroti bahwa sekitar 95 persen masyarakat Raja Ampat menggantungkan hidup dari laut. 

Oleh karena itu, keberadaan tambang dikhawatirkan akan mencemari perairan dan mematikan mata pencaharian warga.

“Raja Ampat bukan tanah kosong! Kami punya adat istiadat, kami punya sejarah. Tolong hargai kami, masyarakat Papua terutama yang tinggal di Kabupaten Raja Ampat,” tambahnya.

Baca juga: Sosok Komeng, Profil Anggota DPD RI Viral karena Foto Saat Pilkada, Kini Fokus Sawit dan Tambang

Sikap Whitney Wanma turut menggugah semangat pemuda lainnya. 

Melalui berbagai platform media sosial, anak-anak muda dari berbagai daerah menyuarakan penolakan terhadap tambang nikel dengan menggunakan tagar #SaveRajaAmpat dan #TolakTambangNikel.

Unggahan berupa video, testimoni, hingga orasi digital membanjiri lini masa sebagai bentuk perlawanan terhadap eksploitasi lingkungan. 

Baca juga: Pj Gubernur Papua Barat Daya Kunjungi Tambang Nikel di Raja Ampat, Sosialisasi Pajak dan Retribusi

Gerakan ini disambut positif oleh masyarakat luas yang melihat bahwa perjuangan para pemuda bukan sekadar tren atau bentuk ikut-ikutan (FOMO), melainkan bagian dari kesadaran kolektif untuk menjaga Raja Ampat sebagai aset nasional dan warisan dunia. (tribunsorong.com/ismail saleh)

Sumber: TribunSorong
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved