Speedboat WNA Austria Ditahan

CERITA Pemuda Adat Kawei soal Dugaan Intimidasi kepada WNA Austria: Dijemur di Dermaga

Dance berharap, bagi masyarakat yang hanya datang dan nikah di suku Kawei, jangan buat lebih seperti pemilik tanah atau punya hak.

Penulis: Safwan | Editor: Petrus Bolly Lamak
TRIBUNSORONG.COM/SAFWAN ASHARI
ANAK ADAT BUKA SUARA - Enos Sakaipele (49) paman Yansen (kiri), Yansen Sakaiganan (22), dan Dance Daat (55) paman Yansen di Distrik Waisai, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, Kamis (20/11/2025).(tribunsorong.com/safwan) 
Ringkasan Berita:
  • Yansen menjelaskan, peristiwa terjadi saat dirinya dan Andreas Nagy tengah menempuh perjalanan dari Pulau Ayau tujuan Kepulauan Mansuar, pada 2 November lalu.
  • Rombongan tersebut sempat mengancam Andreas Nagy di dalam speedboat.
  • Selang beberapa waktu, mereka kembali memanggil bantuan dari PT. Kawei Sejahtera Mining, kemudian giring rombongan WNA ke perusahaan dan dijemur di areal dermaga.
  • Persoalan ini diusut tuntas supaya pelaku seperti bajak laut di areal Pulau Kawei bisa dihukum seberatnya.

TRIBUNSORONG.COM, WAISAI - Pemuda Adat  Kawei Yansen Sakaiganan buka suara terkait peristiwa pengamanan speedboat warga negara asing (WNA) asal Austria dan Italia di Pulau Kawei, Raja Ampat, Papua Barat Daya.

"Karena cuaca masih tidak bersahabat, saya minta menepih di dusun kelapa orangtua di Gigilo, Pulau Kawei," ujar Yansen kepada TribunSorong.com, Jumat (21/11/2025).

Baca juga: Masyarakat Adat Suku Kawei Buka Suara Soal Dugaan Penahanan Speedboat WNA Austria di  Raja Ampat

Setibanya di Gigilo, pria usia 22 tahun itu menyiapkan api untuk bakar ikan, 15 menit sebuah speedboat tiba-tiba menghampiri rombongan dan ucap kata kasar.

Tak hanya itu, rombongan tersebut sempat mengancam Andreas Nagy di dalam speedboat.

"Sebagai anak adat suku Kawei, Raja Ampat, saya merasa bertanggung jawab ke tamu, sempa dijelaskan tapi saya disuruh diam dan tidak boleh berbicara di lokasi itu," katanya.

"Saya ini bukan orang pencuri, sebab wilayah Gigilo Kawei ini adalah dusun adat kami."

Selang beberapa waktu, mereka kembali memanggil bantuan dari PT. Kawei Sejahtera Mining, kemudian giring rombongan WNA ke perusahaan dan dijemur di areal dermaga.

"Saya mau bilang buat paman dan kaka yang datang intimidasi kami, kalau datang nikah di suku Kawei itu hak kalian hanya makan dan pakai, jangan kamu buat diri kuasa," jelasnya.

Baca juga: Polres Raja Ampat Selidiki Dugaan Penyanderaan WNA, Warga Tuntut Denda Adat Rp250 Juta

Yansen berharap, persoalan ini diusut tuntas agar tindakan pelaku seperti bajak laut di areal Pulau Kawei bisa dihukum seberatnya.

Tak hanya itu, Dance Daat (55) paman dari Yansen Sakaiganan menyayangkan tindakan oknum kepada ponakannya.

"Saya mau bilang Yansen itu dia orang asli suku Kawei dari ibunya yakni Hawa Daat, beliau adalah saudara kami," ucap Dance.

Baca juga: Dugaan Asusila Oknum Pejabat Raja Ampat ke Putri Angkat: Penyidik Polda Periksa 4 Saksi

Silsilah Yansen Sakaiganan jelas dari garis keturunan ibu Hawa Daat, Yosias Daat (bapa Hawa), Lukas Daat (bapa Yosias), hingga Basan Daat (bapa Lukas), asli suku Kawei.

"Saya menyayangkan tindakan oknum-oknum itu kepada anak kami, mereka ini bukan buat mencuri, rombongan hanya menepih di dusun keluarga karena cuaca tak bagus," katanya.

Baca juga: YLBH Desak Polda Papua Barat Daya Usut Tuntas Kasus Asusila Oknum Pejabat Raja Ampat

Dance berharap, bagi masyarakat yang hanya datang dan nikah di suku Kawei, jangan buat lebih seperti pemilik tanah atau punya hak.(tribunsorong.com/safwan ashari)

Sumber: TribunSorong
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved