Lingkungan Hidup

Forum Kajian Pembangunan 2025, Jaga Ekosistem Mangrove Tanah Papua Demi Terwujudnya Transisi Energi

FKP 2025 menjadi wadah bagi para akademisi, pembuat kebijakan, peneliti, dan praktisi pembangunan untuk bertukar gagasan,.

Editor: Jariyanto
ISTIMEWA
Forum Kajian Pembangunan (FKP) 2025 yang digelar di Merauke, Papua Selatan pada 16 Januari 2025. 

TRIBUNSORONG.COM, MERAUKE - Transisi energi berkaitan erat dengan pelestarian mangrove karena fungsinya dalam menyerap dan menyimpan karbon dari atmosfer serta membantu mengurangi dampak perubahan iklim. 

Ekosistem mangrove yang sehat dapat mengurangi dampak kenaikan permukaan air laut dan cuaca ekstrem yang dapat mengancam infrastruktur energi, terutama di wilayah pesisir. 

Indonesia telah berkomitmen mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060. 

Baca juga: Indonesia-Australia Kolaborasi Proyek "Konservasi Ridge to Reef" di Malaumkarta Papua Barat Daya

Guna mencapai target ini, transisi energi menjadi agenda penting yang harus dijalankan. 

Satu dari sejumlah fokus utama dalam transisi energi Indonesia adalah mengurangi ketergantungan pada pembangkit listrik tenaga batu bara dan meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan.

Dalam rangka mendukung itu, sebuah diskusi bertajuk "Prospek Transisi Energi: Perspektif Nasional dan Regional di Indonesia" digelar oleh Forum Kajian Pembangunan (FKP) 2025 di Tanah Papua.

Baca juga: 3 Strategi Unggulan SHU Pertamina Regional 4 Operasikan Migas di Wilayah Indonesia Timur

Kegiatan bertujuan menghadirkan pemahaman dan diskusi mengenai prospek transisi energi nasional. 

Acara yang diselenggarakan oleh Australian National University (ANU) Indonesia Project dan didukung oleh KONEKSI ini berlangsung pada 13-16 Januari 2025 di tiga lokasi berbeda, yakni Manokwari di Provinsi Papua Barat, Jayapura di Provinsi Papua, dan Merauke, Papua Selatan.

FKP 2025 menjadi wadah bagi para akademisi, pembuat kebijakan, peneliti, dan praktisi pembangunan untuk bertukar gagasan, mempresentasikan hasil penelitian, dan membahas topik-topik relevan dengan kebijakan, terutama terkait perubahan iklim di Papua dan Indonesia. 

Program menghadirkan tiga mitra penelitian KONEKSI yang turut mempresentasikan hasil riset mereka, yaitu Universitas Papua (UNIPA), the World Resources Institute (WRI), dan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI).

Aplena Elen Siane Bless dari UNIPA pada forum ini menjelaskan, mangrove adalah ekosistem pesisir paling produktif di planet ini, yang menyediakan jasa ekosistem berharga dan terkait dengan aktivitas sehari-hari masyarakat lokal. 

Dalam pelestariannya, perempuan sangat penting untuk dilibatkan. 

"Ekosistem mangrove sangat dihargai oleh perempuan asli Papua sebagai sumber mata pencaharian, pendapatan, kebutuhan sehari-hari, habitat fauna, pengobatan tradisional, dan memiliki makna budaya," ujar Aplena.

Ahmad Dhiaulhaq dari WRI menyampaikan hal senada terkait pentingnya menjaga keseluruhan ekosistem, dari hulu hingga hilir, termasuk ekosistem mangrove. 

Baca juga: Taman Lalu Lintas Bawah Laut, Inovasi Satlantas Polresta Sorong Kota Jaga Ekosistem Alam

Ia memperkenalkan konsep "Ridge to Reef", yaitu dari pegunungan hingga terumbu karang. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved