Lingkungan Hidup
Forum Kajian Pembangunan 2025, Jaga Ekosistem Mangrove Tanah Papua Demi Terwujudnya Transisi Energi
FKP 2025 menjadi wadah bagi para akademisi, pembuat kebijakan, peneliti, dan praktisi pembangunan untuk bertukar gagasan,.
TRIBUNSORONG.COM, MERAUKE - Transisi energi berkaitan erat dengan pelestarian mangrove karena fungsinya dalam menyerap dan menyimpan karbon dari atmosfer serta membantu mengurangi dampak perubahan iklim.
Ekosistem mangrove yang sehat dapat mengurangi dampak kenaikan permukaan air laut dan cuaca ekstrem yang dapat mengancam infrastruktur energi, terutama di wilayah pesisir.
Indonesia telah berkomitmen mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
Baca juga: Indonesia-Australia Kolaborasi Proyek "Konservasi Ridge to Reef" di Malaumkarta Papua Barat Daya
Guna mencapai target ini, transisi energi menjadi agenda penting yang harus dijalankan.
Satu dari sejumlah fokus utama dalam transisi energi Indonesia adalah mengurangi ketergantungan pada pembangkit listrik tenaga batu bara dan meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan.
Dalam rangka mendukung itu, sebuah diskusi bertajuk "Prospek Transisi Energi: Perspektif Nasional dan Regional di Indonesia" digelar oleh Forum Kajian Pembangunan (FKP) 2025 di Tanah Papua.
Baca juga: 3 Strategi Unggulan SHU Pertamina Regional 4 Operasikan Migas di Wilayah Indonesia Timur
Kegiatan bertujuan menghadirkan pemahaman dan diskusi mengenai prospek transisi energi nasional.
Acara yang diselenggarakan oleh Australian National University (ANU) Indonesia Project dan didukung oleh KONEKSI ini berlangsung pada 13-16 Januari 2025 di tiga lokasi berbeda, yakni Manokwari di Provinsi Papua Barat, Jayapura di Provinsi Papua, dan Merauke, Papua Selatan.
FKP 2025 menjadi wadah bagi para akademisi, pembuat kebijakan, peneliti, dan praktisi pembangunan untuk bertukar gagasan, mempresentasikan hasil penelitian, dan membahas topik-topik relevan dengan kebijakan, terutama terkait perubahan iklim di Papua dan Indonesia.
Program menghadirkan tiga mitra penelitian KONEKSI yang turut mempresentasikan hasil riset mereka, yaitu Universitas Papua (UNIPA), the World Resources Institute (WRI), dan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI).
Aplena Elen Siane Bless dari UNIPA pada forum ini menjelaskan, mangrove adalah ekosistem pesisir paling produktif di planet ini, yang menyediakan jasa ekosistem berharga dan terkait dengan aktivitas sehari-hari masyarakat lokal.
Dalam pelestariannya, perempuan sangat penting untuk dilibatkan.
"Ekosistem mangrove sangat dihargai oleh perempuan asli Papua sebagai sumber mata pencaharian, pendapatan, kebutuhan sehari-hari, habitat fauna, pengobatan tradisional, dan memiliki makna budaya," ujar Aplena.
Ahmad Dhiaulhaq dari WRI menyampaikan hal senada terkait pentingnya menjaga keseluruhan ekosistem, dari hulu hingga hilir, termasuk ekosistem mangrove.
Baca juga: Taman Lalu Lintas Bawah Laut, Inovasi Satlantas Polresta Sorong Kota Jaga Ekosistem Alam
Ia memperkenalkan konsep "Ridge to Reef", yaitu dari pegunungan hingga terumbu karang.
"Transisi energi berkaitan erat dengan pelestarian lingkungan secara menyeluruh," kata Ahmad.
Transisi energi, lanjutnya, merupakan harapan bersama dan tidak terlepas dari upaya pelestarian lingkungan secara holistik.
Baca juga: Lindungi Kawasan Konservasi Terumbu Karang, Pokja RAMS Imbau Kapal Tak Buang Jangkar Sembarangan
Dengan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, transisi energi yang dilakukan secara baik dapat membantu menjaga kesehatan dan keberlanjutan ekosistem dari pegunungan hingga terumbu karang.
“Di sisi lain, transisi energi juga menyisakan persoalan lain yang masih harus didiskusikan,” ucap Ahmad.
Peneliti LPEM UI Milda Irhamni mengatakan, transisi energi yang cepat dapat menyebabkan kenaikan harga, yang pada gilirannya memperlambat penurunan tingkat kemiskinan dan memperlebar ketimpangan.
“Kelompok rentan, terutama rumah tangga dengan anggota disabilitas dan rumah tangga yang dikepalai perempuan, akan lebih terdampak,” ucapnya.
Selaras dengan tujuan utamanya, FKP menjadi wadah yang diharapkan dapat mendorong kolaborasi dan dialog antara akademisi dan pembuat kebijakan regional.
Hal ini sejalan dengan fokus kerja KONEKSI dalam mendiseminasikan pengetahuan dan membangun jejaring.
KONEKSI mendukung platform kolaborasi dan berbagi pengetahuan seperti FKP.
Baca juga: BBKSDM Papua Barat Bincang Hangat Menuju Konservasi SDA dan Ekosistem Berkelanjutan
Diskusi yang saling melengkapi akan memperkaya khasanah pengetahuan yang mendukung kolaborasi.
"Seorang peneliti tidak dapat berkembang sendiri. Penting untuk membangun relasi dengan peneliti lain, baik di tingkat nasional maupun internasional," kata Budy P. Resosudarmo dari ANU Indonesia Project.
Tentang KONEKSI
KONEKSI adalah inisiatif kolaboratif di sektor pengetahuan dan inovasi yang mendukung kemitraan antara organisasi Australia dan Indonesia untuk kebijakan dan teknologi yang inklusif dan berkelanjutan.
Didukung oleh Pemerintah Australia dan Indonesia, ;program ini mempromosikan kemitraan pengetahuan yang adil dan memanfaatkan pengetahuan lokal untuk mengatasi tantangan sosial-ekonomi.
KONEKSI bertindak sebagai kendaraan untuk solusi multidisiplin dengan melibatkan beragam pemangku kepentingan dari akademisi, pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta. (*/tribunsorong.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.